LAPORAN
PRAKTIKUM
TEST
PENDENGARAN

Di Susun Oleh:
SILVY YULIANINGSIH (15.046)
PROGRAM
STUDY DIII KEPERAWATAN
AKADEMI
KEPERAWATAN SERULINGMAS CILACAP
Jalan
Raya Maos 505 Maos-Cilacap Telp.(0282-69452),Fax.0282695425
LAPORAN
PRAKTIKUM TEST PENDENGARAN
A.
Fisiologi Pendengaran
Proses
mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran
tersebut menggetarkan membran timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui
rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya
ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan
tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke
stapes yang menggerakkan tingkap lonjong, sehingga perilimfa pada skala
vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membran reissner yang mendorong
endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan
membran tektoria.
Proses
ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia
sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi
sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran ( area 39 – 40 ) di lobus temporalis.
8,9,19
B. Jenis-Jenis Gangguan Pendengaran
Tuli
atau gangguan dengar adalah kondisi fisik yang ditandai dengan penurunan atau
ketidakmampuan seseorang untuk mendengarkan suara. Gangguan pendengaran dapat
dikategorikan berdasarkan letak atau bagaian apa yang mengalami kerusakan pada
sistem auditorik. Terdapat tiga tipe dasar dari gangguan pendengaran, yaitu
tuli konduktif, tuli sensorineural, dan tuli campuran.
1.
Tuli Konduktif
Tuli
konduktif terjadi ketika bunyi tidak dapat disalurkan masuk melalui liang
telinga luar menuju ke membrana timpani dan diteruskan ke tulang pendengaran
(ossicle), di telinga tengah. Tuli konduktif biasanya melibatkan suatu reduksi
dari tingkatan bunyi, atau kemampuan untuk mendengar bunyi. Tipe ketulian ini
dapat dikoreksi dengan terapi medis ataupun dengan pembedahan.
Beberapa
keadaan yang dapat menyebabkan tuli tipe konduktif, misalnya :
a.
Kondisi yang berhubungan dengan kelainan seperti cairan yang
terdapat pada telinga tengah yang berasal dari sekret di hidung (rhinore),
alergi (serous otitis media), fungsi tuba eustachi yang menurun, otitis media,
perforasi dari membran timpani, tumor benign.
b.
Adanya serumen
c.
Infeksi pada liang telinga (otitis eksternal)
d.
Adanya benda asing pada liang telinga
e.
Adanya kelainan yang terjadi pada telinga luar, liang
telinga, ataupun telinga tengah.
2.
Tuli Sensorineural
Tuli
sensorineural terjadi ketika nervus dan sel-sel rambut yang terdapat di telinga
dalam (koklea) mengalami kerusakan dan tidak dapat mentransmisikan
sinyal-sinyalnya ke otak. Setiap pasien mempunyai keluhan yang sama yaitu dapat
mendengar bunyi namun tidak dapat mengerti secara jelas apa yang dikatakan oleh
suara tersebut. Proses penuaan adalah penyebab tersering dari ketulian tipe
ini.
Selain
itu, tuli sensorineural dapat disebabkan oleh trauma pada saat lahir,
obat-obatan yang ototosik, serta sindrom genetik. Tuli sensorineural juga dapat
terjadi sebagai akibat dari paparan suara yang bising dalam frekuensi sering,
virus, trauma kepala, dan tumor.
3.
Tuli Campuran
Pada
tipe ini, seseorang biasanya mengalami dua tipe ketulian, dan ini disebut tuli
campuran. Bentuk ini digunakan ketika kedua bentuk dari tuli konduktif dan tuli
sensorineural ada bersamaan pada satu telinga. Tuli tipe ini terjadi karena adanya
interferensi dari impuls-impuls saraf ditingkat korteks pendengaran. Kelainan
terdapat pada lintasan saraf pendengaran dan reseptor suara pada tingkat
kortikal.
C. Tes Garpu Tala
Tes
garpu tala adalah suatu tes untuk mengevaluasi fungsi pendengaran individu
secara kualitatif dengan menggunakan alat berupa seperangkat garpu tala
frekuensi rendah sampai tinggi 128 HZ-2048 Hz. Satu perangkat garpu tala memberikan
skala pendengaran dari frekuensi rendah hingga tinggi akan memudahkan survei
kepekaan pendengaran.
Cara
menggunakan garpu tala yaitu garpu tala di pegang pada tangkainya, dan salah
satu tangan garpu tala dipukul pada permukaan yang berpegas seperti punggung
tangan atau siku. Perhatikan jangan memukulkan garpu tala pada ujung meja atau
benda keras lainnya karena akan menghasilkan nada berlebihan, yang adakalanya
kedengaran dari jarak yang cukup jauh dari garpu tala dan bahkan dapat
menyebabkan perubahan menetap pada pola getar garpu tala.
Ada
4 jenis tes garpu tala , yaitu:
1.
Tes Rinne
a.
Tujuan
Membandingkan hantaran udara dan
hantaran tulang pada satu telinga penderita.
b.
Cara Pemeriksaan
1)
Bunyikan garpu tala frekuensi 512 Hz, letakkan tangkainya
tegak lurus pada planum mastoid penderita (posterior dari MAE) sampai penderita
tak mendengar, kemudian cepat pindahkan ke depan MAE penderita. Apabila
penderita masih mendengar garpu tala di depan MAE disebut Rinne positif. Bila
tidak mendengar disebut Rinne negatif.
2)
Bunyikan garpu tala frekuensi 512 Hz, kemudian dipancangkan
pada planum mastoid, kemudian segera dipindahkan di dpan MAE, kemudian
penderita ditanya mana yang terdengar lebih keras. Bila lebih keras di depan
disebut rinne positif, bila lebih keras di belakang disebut rinne negatif.
c.
Interpretasi
Normal: Rinne positif
1)
Tuli konduksi : Rinne negative
2)
Tuli sensori neural : Rinne positif
Kadang-kadang
terjadi false Rinne (pseudo positif atau pseudo negatif) terjadi bila stimulus
bunyi di tangkap oleh telinga yang tidak di tes, hal ini dapat terjadi bila
telinga yang tidak tes pendengarannya jauh lebih baik daripada yang di tes.
Kesalahan
pada pemeriksaan ini dapat terjadi bila :
a.
Garpu tala diletakkan dengan baik pada mastoid atau miring,
terkena rambut, jaringan lemak tebal sehingga penderita tidak mendengar atau
getaran terhenti karena kaki garpu tala tersentuh aurikulum.
b.
Penderita terlambat memberi isyarat waktu garpu tala sudah
tak terdengar lagi, sehingga waktu di pindahkan di depan MAE getaran garpu tala
sudah berhenti.
2.
Tes Weber
a.
Tujuan
Membandingkan hantaran tulang antara
kedua telinga penderita
b.
Cara Pemeriksaan
Garpu
tala frekuensi 512 Hz dibunyikan, kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus di
garis median, biasanya di dahi (dapat pula pada vertex, dagu atau pada gigi
insisivus) dengan kedua kaki pada garis horisontal. Penderita diminta untuk
menunjukkan telinga mana yang tidak mendengar atau mendengar lebih keras . Bila
mendengar pada satu telinga disebut laterisasi ke sisi telinga tersebut. Bila
kedua telinga tak mendengar atau sama-sama mendengar berarti tak ada
laterisasi.
c.
Interpretasi
1)
Normal : Tidak ada lateralisasi
2)
Tuli konduksi : Mendengar lebih keras di telinga yang sakit
3)
Tuli sensorineural : Mendengar lebih keras pada telinga yang
sehat
Karena
menilai kedua telinga sekaligus maka kemungkinannya dapat lebih dari satu.
Contoh
: lateralisasi ke kanan, telinga kiri normal, dapat diinterpretasikan :
-
Tuli konduksi kanan, telinga kiri normal
-
Tuli konduksi kanan dan kiri, tgetapi kanan lebih berat
-
Tuli sensorineural kiri, telinga kanan normal
-
Tuli sensorineural kanan dcan kiri, tetapi kiri lebih berat
-
Tuli konduksi kanan dan sensori neural kiri.
3.
Tes Schwabach
a.
Tujuan
Membandingkan hantaran lewat tulang
antara penderita dengan pemeriksa
b. Cara pemeriksaan :
Garpu
tala frekuensi 512 Hz dibunyikan kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus
pada planum mastoid pemeriksa, bila pemeriksa sudah tidak mendengar, secepatnya
garpu tala dipindahkan ke mastoid penderita. Bila penderita masih mendengar
maka schwabach memanjang, tetapi bila penderita tidak mendengar, terdapat 2
kemungkinan yaitu Schwabah memendek atau normal.
Untuk membedakan kedua kemungkinan ini maka tes dibalik, yaitu tes pada penderita dulu baru ke pemeriksa.
Untuk membedakan kedua kemungkinan ini maka tes dibalik, yaitu tes pada penderita dulu baru ke pemeriksa.
Garpu
tala 512 dibunyikan kemudian diletakkan tegak lurus pada mastoid penderita,
bila penderita sudah tidak mendengar maka secepatnya garpu tala dipindahkan
pada mastoid pemeriksa, bila pemeriksa tidak mendengar berarti sam-sama normal,
bila pemeriksa masih masih mendengar berarti schwabach penderita memendek.
c. Interpretasi :
-
Normal : Schwabach normal
-
Tuli konduksi : Schwabach memanjang
-
Tuli sensorineural : Schwabach memendek
Kesalahan
terjadi bila :
- Garpu tala tidak di letakkan dengan
benar, kakinya tersentuh sehingga bunyi menghilang
- Isyarat hilangnya bunyi tidak segera
diberikan oleh penderita.
4.
Tes Bing (Tes Oklusi)
a.
Tes Bing adalah aplikasi dari apa yang disebut sebagai efek
oklusi, dimana garpu tala terdengar lebih keras bila telinga normal ditutup.
b.
Cara pemeriksaan
Tragus
telinga yang diperiksa ditekan sampai menutup liang telinga, sehingga terdapat
tuli konduktif kira-kira 30 dB. Garpu tala digetarkan dan diletakkan pada
pertengahan kepala (seperti pada tes Weber).
c.
Interpretasi
- Bila terdapat lateralisasi ke telinga yang ditutup, berarti telinga tersebut normal.
- Bila terdapat lateralisasi ke telinga yang ditutup, berarti telinga tersebut normal.
- Bila bunyi pada telinga yang ditutup
tidak bertambah keras, berarti telinga tersebut menderita tuli konduktif.
DAFTAR
PUSTAKA
Heryati,
Euis.Diakses pada 7 Desember dari tohap.heck.in/files/pengukuran-fungsi-pendeng.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar