ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN
OKSIGENASI DI RUANG
TERATAI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS
Disusun Oleh :
Silvy Yulianingsih
15.046
AKADEMI PERAWATAN (AKPER)
SERULINGMAS
MAOS – CILACAP
2016
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan “Asuhan Keperawatan Pada Tn. M dengan Gangguan Kebutuhan
Oksigenasi di Ruang
Teratai RSUD Banyumas”
Keberhasilan
penulis dalam menyelesaikanAsuhan Keperawatan ini tidak lepas dari bimbingan,
arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu
Puji Suwariyah, Ns., M.Kep selaku Direktur Akademi Perawatan Serulingmas Cilacap
2. Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan
praktek kebutuhan dasar manusia di rumah sakit.
3. Kepada teman-teman dan semua pihak yang tidak kami
sebutkan satu persatu yang telah membantu proses penyusunan Asuhan Keperawatan.
Penulis menyadari bahwa Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari sempurna,
namun penulis berharap Asuhan Keperawatan ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis dan semua pihak yang membutuhkan demi perkembangan ilmu pengetahuan.
Maos, 3
Agustus 2016
Penulis
PENGESAHAN
Laporan
Kasus dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Tn. M dengan GangguanKebutuhan Oksigenasi
Di Ruang
Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas telah diujikan dan di setujui oleh
Dewan Penguji.
Diujikan
tanggal 12 Agustus 2016
Penguji
|
|
Penguji
I
Budi
Priyanto,S.Kep,. Ns.
NIK.41070984
|
...................................
|
Penguji
II
Sakiyan,
S.Kep., Ns,. M.Kep.
NIK.
51000175
|
.
..................................
|
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Respirasi
merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan
(penafasan dalam) dan yang terjadi di dalam paru-paru (pernafasan luar). Dengan
bernafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan pada saat
yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon
dan hidrogen dari jaringan, memungkinkan setiap sel sendiri-sendiri
melangsungkan proses metabolismenya, yang berarti pekerjaan selesai dan hasil
buangan dalam bentuk karbon dioksida dan air dihilangkan (Pearce, 2008).
System
respirasi pada manusia terdiri dari jaringan dan organ tubuh yang merupakan
parameter kesehatan manusia. Jika salah satu system respirasi terganggu maka
secara system lain yang bekerja dalam tubuh akan terganggu. Hal ini dapat
menimbulkan terganggunya proses homeostasis tubuh dan dalam jangka panjang
dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
Gangguan
sistem respirasi merupakan gangguan yang menjadi masalah besar di dunia
khususnya Indonesia diantaranya adalah penyakit pneumonia, TBC, dan asma.
Menurut laporan WHO pada tahun 2006, Indonesia merupakan negara dengan tingkat
kejadian pneumonia tertinggi ke-6 di seluruh dunia. Berdasarkan Survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001, pneumonia merupakan urutan
terbesar penyebab kematian pada balita. Pneumonia dapat mengenai anak di
seluruh dunia, bila diumpamakan kematian anak-anak di seluruh dunia akibat
pneumonia, maka setiap jam, anak-anak sebanyak 1 pesawat jet penuh (230 anak) meninggal
akibat pneumonia, yang mencapai hampir 1 dari 5 kematian balita di seluruh
dunia. Insiden pneumonia di negara berkembang adalah 10-20 kasus/100 anak/tahun
(10-20%).
Sedangkan
insiden TBC, WHO
mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC
sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada
tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia (WHO
Global Tuberculosis Control, 2010). Dan insiden asma menurut
WHO, sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia adalah penyandang Asma. Jumlah
ini terus bertambah sebanyak 180.000 orang setiap tahunnya. Di Indonesia,
prevalensi asma belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan 2 – 5 %5
(3-8%2 dan 5-7%7) penduduk Indonesia menderita asma.
Perawat
sebagai tenaga kesehatan yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan dasar klien
secara holistic memiliki tanggung jawab untuk membantu pemenuhan kebutuhan
oksigen klien yang tidak adekuat. Dalam tindakannya, seorang perawat sebelum
memberikan asuhan keperawatan harus melakukan metode keperawatan berupa
pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, dan evaluasi. Diagnosa
keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses keperawatan. Diagnosa
keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang
diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa keperawatan memberikan
gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan
kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas
wewenang perawat.
Diagnosa
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem respirasi dapat berupa
ketidakefektifan bersihan jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas, gangguan
pertukaran gas.
B. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan
kebutuhan dasar manusia : Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
2.
Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian
keperawatan pada pasien dengan gangguan
kebutuhan dasar manusia
b. Mahasiswa
mampu menegakan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan Kebutuhan
Oksigenasi di Ruang
Teratai RSUD Banyumas
c. Mahasiswa
mampu Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan gangguan Kebutuhan
Oksigenasi di Ruang
Teratai RSUD Banyumas
d. Mahasiswa
mampu mengimplementasi rencana tindakan yang telah disusun pada pasien gangguan
Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang
Teratai RSUD Banyumas
e. Mahasiswa
mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien gangguan
Kebutuhan Oksigenasi di Ruang
Teratai RSUD Banyumas
f. Mampu
mendokumentasikan hasil tindakan yang dilakukan pada pasien gangguan Kebutuhan
Oksigenasi di Ruang
Teratai RSUD Banyumas
C.
Manfaat
Penulisan
1.
Kepada Mahasiswa Keperawatan
Laporan
kasus ini diharapkan sebagai acuan pembelajaran dalam mengaplikasikan teori dan
praktek asuhan keperawatan dengan gangguan sistem pernafasan.
2.
Kepada Rumah Sakit
Memberikan informasi
tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi sehingga dapat membantu meningkatkan pelayanan rumah sakit.
3.
Kepada Institusi Pendidikan
Menambah
masukan dan merupakan sumber informasi nyata tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi dari lahan
praktek, sehingga dapat mendorong kearah peningkatan kualitas ahli madya
keperawatan yang dihasilkan.
D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Tujuan
Penulisan
C. Manfaat
Penulisan
D. Sistematika
Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep
Kebutuhan Dasar Manusia Oksigenasi
1.
Pengertian
2.
Anatomi dan Fisiologi yang Berhubungan
3.
Proses Okseigenasi
4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
5.
Penatalaksanaan
B. Konsep
Keperawatan
1. Pengkajian
2. Gangguan
/ Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
3. Intervensi
Keperawatan
BAB
III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Analisa
Data dan Penyusunan Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi,
Implementasi, Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
KONSEP
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA OKSIGENASI
1.
Pengertian
Pernafasan
adalah pertukaran gas antara makhluk hidup/ organisme dengan lingkungan. Jadi
suatu proses dimana menghirup oksigen dari udara serta mengeluarkan
karbondioksida dan uap air.
Kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar pada manusia yaitu kebutuhan
fisiologis. Pemenuhuan kebutuhan oksigenasi ditujukan untuk menjaga
kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidupnya. Oksigenasi
merupakan gas tidak berwarna dan tidak
berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai
hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan
O2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup
berbahaya terhadap aktifitas sel (Wahit Iqbal Mubarak, 2007).
Oksigen
adalah proses penambahan oksigen ke dalam sistem (kimia/ fisika). Oksigenasi
merupakan zat atau gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam metabolisme sel. (Tarwanto Wartonah, 2006)
Kebuthan
oksigenasi sangat diperlukan untuk proses kehidupan oksigen sangat berperan
dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen harus dipenuhi karena apabila
kebutuhan oksigen dalam tubuh kurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan
otot. (A. Aziz Alimul Hidayat)
2.
Anatomi
dan Fisiologi yang Berhubungan
a. Sistem
pernafasan atas
1) Hidung
Udara yang masuk akan mengalami
penyaringan, humadifikasi dan penghangatan.
2) Faring
Berfungsi menangkap dan
menghancurkan kuman pathogen yang masuk bersama udara.
3) Laring
Berfungsi mempertahankan kepatenan
dan melindungi jalan nafas bahwa dari air dan makanan yang masuk. (Peace,
Evelyn 2000)
b. Sistem
pernafasan bawah
1) Trakea
Berfungsi menghubungkan laring dan bronkus utama
kanan dan kiri. pipa membran yang dikosongkan
oleh cincin kartilago
yang menghubungkan laring dan bronkus utama anatara kanan dan kiri.
2) Paru-paru
Ada dua buah dan
terletak disebelah kanan dan kiri, masing- masing terdiri atas beberapa lobus.
Berdasarkan tempat proses pernafasan terbagi menjadi dua :
a) Pernafasan
eksternal
Pernafasan
eksternal (pernafasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan pertukaran O2 dan CO2.
Secara umum proses ini berlangsung dalam 3 langkah.
(1)
Ventilasi pulmoner
Proses
ventilasi ini dipengaruhi beberapa faktor yaitu jalan nafas yang bersih sistem
saraf pusat dan sistem pernafasan yang utuh.
(2)
Pertukaran gas alveolar
Setelah
oksigen masuk alveolar, proses pernafasan berikutnya adalah difusi oksigen dan
alveolar ke pembuluh darah pulmoner.
(3)
Transpor oksigen dan karbondioksida
Proses
ini oksigen diangkut dari paru-paru menuju jaringan dan karbon dioksida
diangkut dari jaringan kembali menuju ke paru-paru. (Peace, Evelyn 2000)
b) Pernafasan
internal
Pernafasan
internal (pernafasan jaringan) mengacu pada proses metabolisme intra sel yang berlangsung
dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan menghasilkan CO2 selama proses
penyerapan energi melalui molekul nutrien. Pada proses ini darah yang banyak
mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik dan
selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dn sel
jaringan seperti di kapiler paru. Pertukaran ini juga melalui proses difusi
pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial. .(Peace, Evelyn 2000).
c. Sistem
kardiovaskular
Sistem ini berperan
dalam proses oksigenasi ke jaringan tubuh yaitu berperan dalam proses oksigen.
Oksigen di transportasikan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Aliran darah
yang adekuat dapat dilihat dari kemampuan jantung memompa darah dan perubahan
tekanan darah.
3.
Proses
Okseigenasi
a. Ventilasi
Ventilasi
merupakan pross keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau
dari alveoli ke atmosfer. Dalam proses ventilasi ini terdapat beberapa hal yang
mempengaruhinya diantaranya perbedaan tekanan atmosfer dengan paru, kemampuan
thorax dan paru, jalan nafas, reflek batuk dan muntah, peran mukus ciliaris.
Pengaruh proses
ventilasi selanjutnya adalah complience dan recoil. Complience adalah kemampuan
paru untuk berkembang yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah surfaktan yang terdapat pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan permukaan, adanya sisa udara yang menyebabkan tidak
terjadinya kolaps dan gangguan thorax. Surfaktan diproduksi saat
terjadiperegangan sel aveoli, dan disekresi saat pasien menarik nafas,
sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi
menyempitnya paru. Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka
CO2 tidak dapat keluar secara maksimal.
Kemudian pada
pusat pernafasan yaitu medula oblongata dan pons juga dapat mempengaruhi proses
ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernafasan,
peningkatan CO2 dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat
pernafasan dan apabila PCO2 kurang <80mmHg maka dapat menyebabkan depresi
pusat pernafasan.
b. Difusi
Gas
Merupakan
pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan CO2 kapiler dengan
alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhinya diantaranya luas permukaan, tebal membran respirasi/
permeabilitas yang terdiri dari epitel alveoli dan interstitial keduanya ini
dapat mempengaruhi proses difusi apabila proses penebalan, ketiga perbedaan
tekanan dan konsentrasi O2, hal ini dapat terjadi seperti O2 dari alveoli masuk
ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari
tekanan O2 dalam darah pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi) dan PCO2
dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli, keempat afinitas
gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
c. Transportasi
Oksigen
Merupakan transportasi antara O2 kapiler
ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi
oksigen akan berikatan dengan Hb membentuk Oxyhemoglobin (97%) dan larut dalam
plasma (3%). Kemudian transportasi CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (30%) dan larut dalam plasma (5%), kemudian sebagian
menjadi HCO3 berada pada darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu cardiac output yang dapat dinilai melalui isi sekuncup
dan frekuensi denyut jantung. Pada isi sekuncup ditentukan oleh kemampuan otot
jantung untuk berkontraksi dan volume cairan, dan frekuensi denyut jantung
dapat di tentukan oleh keadaan seperti over load atau beban yang dimiliki pada
akhir diastole.
4.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi
a. Faktor
fisiologi
1) Menurunnya
kapasitas O2 seperti pada anemia
2) Menurunnya
konsentrasi oksigen yang di inspirasi seperti pada obstruksi saluran nafas
bagian atas.
3) Meningkatnya
metabolisme seperti adanya infeksi, demam ibu hamil,dan luka.
b. Faktor
perkembangan
1) Bayi
prematur : menyebabkan kekurangan pembentukan sufactan
2) Bayi
dan toddler : adanya resiko saluran pernafasan dan merokok
3) Dewasa
muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas
4) Dewasa
tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan anteriok kleosis,
ekspansi paru penurunan.
c. Faktor
perilaku
1) Nutrisi:
pada obesias mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi buruk menjadi anemia
sehingga daya ikat oksigen berkurang diet yang tinggi lemak menimbulkan
anteriosklerosis.
2) Kecemasan:
menyebabkan metabolisme meningkat
3) Merokok:
nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
d. Faktor
kesehatan
Pada orang sehat sistem
kardiovaskular sering mempengaruhi distribusi oksigen dalam sel tubuh. Penyakit
sistem pernafasan dapat menyebabkan hipoksemia karena hemoglobin membawa O2 dan
CO2.
5.
Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1) Memberikan
penyuluhan kesehatan tentang pentingnya menghindari faktor yang dapat memperburuk
keadaan.
2) Memberikan
bimbingan pada pasien untuk melakukan batuk efektif dan fisioterapi dada.
b. Medis
1) Pemberian
terapi oksigen
2) Usaha
pengenceran lendir dengan obat-obatan mukotik untuk lendir banyak dan lengkap
di seluruh cabang-cabang bronkus.
3) Pemeriksaan
rontgen torak
4) Pemeriksaan
keadaan gas darah
5) Terapi
oksigen
6) Terapi
inhalasi nebulizer
B.
Konsep
Keperawatan
1.
Pengkajian
a. Riwayat
keperawatan
1) Masalah
pernafasan yang pernah dialami
a) Pernah
mengalami perubahan pola pernafasan
b) Pernah
mengalami batuk dengan sputum
c) Pernah
mengalami nyeri dada
2) Riwayat
kardiovaskular
Pernah mengalami penyakit jantung
atau peredaran darah
3) Gaya
hidup
Merokok, keluarga perokok,
lingkungan kerja dengan perokok
b. Pemeriksaan
fisik
1) Mata
a) Konjungtiva
pucat (karena anemia)
b) Konjungtiva
sianosis (tupoksemia)
c) Konjungtiva
terdapat pathaechia (karena embolin lemak atau endokarditis)
2) Kulit
a) Sianosis
perifer
b) Sianosis
secara umum
c) Penurunan
turgor
d) Edema
3) Mulut
dan bibir
a) Membran
mukosa sianosis
b) Bernafas
menggunakan mulut
4) Hidung
Pernafasan cuping
hidung
5) Dada
a) Pergerakan
tidak simetris antara dada kanan dan kiri
b) Bunyi
perkusi (resonan, hipersonan, dullnes)
c) Saluran
nafas tidak normal (rales, ronkhi, wheezing pleura ktiction)
d) Saluran
nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler bronkhial)
6) Pola
pernafasan
a) Pernafasan
normal (eupnea)
b) Pernafasan
cepat (takipnea)
c) Pernafasan
lambat (bradipnea)
2.
Gangguan
/ Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
b. Ketidakefektifan
pola pernafasan
c. Gangguan
pertukaran gas
3.
Intervensi
Keperawatan
a. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Setelah di lakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan masalah status pernafasan:
jalan nafas teratasi dengan kriteria hasil:
Tabel 1.1 Respiratory
Status: Airway Patency
Keterangan
1. Sangat
berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak
ada
Intervensi:
NIC : Respiratory
Monitoring
a. Catat
pergerakan dada, ketidaksimetrisan, penggunaan otot-otot dan retraksi pada otot
supraclaviculas
b. Monitor
suara nafas tambahan seperti ngorok atau mengi setiap 3 jam sekali
c. Perkusi
torax anterior dan posterior dari apeks ke basis paru kanan dan kiri
d. Monitor
pola nafas setiap 3 jam sekali
e. Monitor
tingkat kelelahan , kecemasan dan kekurangan udara setiap 3jam sekali
f. Monitor
kemampuan batuk efektif setiap 3 jam sekali
g. Monitor
sekresi pernafasan
b. Ketidakefektifan
pola pernafasan
Setelah di lakukan
tindakan keperawatan selama 2x24 jam di harapkan masalah status pernafasan
teratasi dengan kriteria hasil:
Tabel 1.2 Respiratory
Status
Keterangan
1. Deviasi
berat dari kisaran normal
2. Deviasi
yang cukup berat dari kisaran normal
3. Deviasi
sedang dari kisaran normal
4. Deviasi
ringan dari kisaran normal
5. Deviasi
tidak ada
Intervensi:
NIC : Respiratory
Monitoring
a. Monitor
kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitas bernafas setiap 3 jam sekali.
b. Monitor
saturasi oksigen
c. Pasang
sensor pemantauan oksigen non intensif
d. Auskultasi
suara nafas catat area terjadi penurunan/ tidak adanya ventilasi dan keberadaan
suara nafas tambahan
e. Catat
perubahan pada saturasi oksigen
f. Kaji
perlunya penyedotan jalan nafas ronkhi di paru
g. Auskultasi
suara nafas setelah tindakan
c. Gangguan
pertukaran gas
Setelah di lakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan masalah status pernafasan:
pertukaran gas teratasi dengan kriteria hasil:
Tabel 1.3 Respiratory
status: gas exchage
Keterangan
1. Sangat
berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak
ada
Intervensi:
NIC : Oxygen therapy
a. Bersihkan
mulut, hidung dan sekresi trakea dengan tepat
b. Pertahankan
kepatenan jalan nafas
c. Berikan
oksigen tambahan
d. Monitor
aliran oksigen setiap 3 jam sekali
e. Monitor
efektifitas terapi oksigen setiap 3 jam sekali
f. Monitor
kecemasan pasien
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian
dilakukan pada tanggal 27 Juni 2016 pada pukul 09.00 WIB. Dengan data nama
pasien Tn.M di ruangan Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas dengan diagnosa
medis Pneumotorax. Dengan ini penulis mengkaji Tn.M dan dikelola selama 3 hari.
1. Identitas
Diri Klien
Pada
data biografi didapatkan bahwa pasien bernama Tn.M, berumur 83 tahun, jenis
kelamin laki-laki, yang beralamat di Besuki Rt 3 Rw 1, status perkawinan sudah
menikah, pasien bergama Islam, suku bangsa pasien Jawa, pendidikan pasien tidak
sekolah, pekerjaan pasien petani. Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 26 Juni
2016 pada pukul 00.05 WIB. Sumber informasi didapat dari pasien dan keluarga.
2. Riwayat
Penyakit
Pasien
masuk rumah sakit pada tanggal 26 Juni 2016 pada pukul 00.05 WIB dan mengatakan
sesak nafas, lemas, batuk, dan nyeri dada. Pada saat pengkajian pasien
mengatakan sesak nafas. Pasien mempunyai riwayat penyakit dahulu yaitu 10 tahun
yang lalu pernah amputasi jempol kaki kiri karena Diabetes Militus. Pasien
mengatakan. Pasien mengatakan memiliki penyakit keluarga Diabetes Militus,
Jantung dan Hipertensi. Diagnosa medik pada MRS Pneumothorax. Pemeriksaan
penunjang laboratorium darah lengkap pemeriksaan EKG, laboratorium urin. Tindakan
yang sudah di lakukan IVFD RL 20
tpm, Injeksi Ranitidin 2x1, Captopril 3x25mg, digoxsin 1x
, Furrosemide 1x1, O2 2liter/m.
3. Pengkajian
Saat Ini
Pasien
mengatakan cemas dengan keadaannya saat ini. Pasien mengatakan kesehatan sangat
penting tetapi pasien tidak mengetahui cara pemelihara kesehatan yang benar.
Pola nutrisi
dan metabolisme sebelum sakit pasien mengatakan, sebelum sakit pasien makan 3x
sehari dengan menu sayur hijau, sop, daging. Selama sakit mengatakan tidak mau
makan dan hanya makan satu sendok saja. Pasien mengatakan sebelum sakit minum
setiap harinya ± 2 liter, selama sakit minum setiap harinya ± 1 liter.
Pola eliminasi
sebelum sakit BAB 1x sehari setiap pagi bentuknya padat, lembek, dan tidak ada
nyeri saat BAB. Selama sakit sulit untuk BAB, 2 hari sekali, warna coklat tua,
padat.
Pola aktivitas dan latihan selama
sakit pasien dibantu oleh orang lain dalam memenuhi aktivitasnya (toileting,
mandi, makan, minum) pasien mengatakan sesak bernafas, hanya tiduran.
Pola tidur sebelum sakit pasien
mengatakan tidur 8 jam perhari. Tidak ada gangguan tidur dan
merasa nyenyak, selama sakit tidak dapat tidur dengan nyenyak saat karena
banyak tindakan yang di lakuakan oleh petugas kesehatan.
Pola perseptual
sebelum sakit sudah ada gangguan pendengaran dan penglihatan, selama sakit ada
gangguan pendengaran dan penglihatan dan semuanya normal.
Pola persepsi
diri sebelum sakit sangat menjaga kesehatannya selama sakit cemas dan malu
terhadap penyakit yang dideritanya.
Pola seksualitas
dan reproduksi sebelum sakit memiliki 5 anak dan satu istri selama sakit
normal.
Pola peran
hubungan sebelum sakit dapat berkomunikasi dengan lancar dan keuangan diatur
oleh anaknya, selama sakit dapat berkomunikasi dengan lancar.
Pola manajemen koping-stress sebelum
sakit tidak pernah mengalami stres berlebihan, selama sakit jika mengalami
stres bercerita dengan anaknya.
Sistem nilai dan keyakinan sebelum sakit beribadah dengan lancar, selama
sakit tidak pernah sholat.
4. Pemeriksaan
Fisik
Kesadaran
pasien pada saat di lakukan pemeriksaan fisik adalah composmetris, tanda-tanda
vital pasien, Tekanan Darah: 160/90 mmHg, RR: 28 x/menit, Nadi: 82 x/menit,
Suhu: 36,8 °C, BB: 48 kg. TB: 165 cm. Kepala simetris. Mata konjungtiva anemis,
sklera ikterik. Hidung bersih, tidak ada sumbatan. Telinga bersih tidak ada
surumen. Mulut mukosa bibir kering, bersih, tidak ada stomatitis. Leher tidak
ada benjolan dan pembesaran tyroid. Thorak payudara simetris, jantung (inspeksi:
bentuk simetris, palpasi: leher cedes, perkusi: bising redup), paru(inspeksi:
bentuk simetris, palpasi: tidak ada benjolan dan nyeri tekan, perkusi: sonor,
auskultasi: vesikuler). Abdomen (inspeksi: bentuk flat, auskultasi: bising usus
normal, perkusi: bumyi dull, palpasi: normal tidak ada benjolan). Genetalia
tidak terpasang kateter. Punggung simetris. Ekstermitas atas terpasang infus
Ringer Laktat 20 tpm, bawah tidak terpasang apapun.
5. Program
Terapi
Program
terapi yang diberikan ke pasien Infus IVFD RL 20 tpm, Cefriaxon 1 gr 3x1. Iv,
Omeprazole 4mg 3x1. Iv
6. Hasil
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan pada tanggal 26 Juni 2016 pukul 04.08 WIB di
dapatkan hasil pemeriksaan sebagai berikut :
Leukosit
12.9 10e3/ul (N: 3.70 - 10.1), Lymfosit 3.06 % (N: 1.09 – 2.99), Netrofil
segmen 8.82% (N: 1.63 – 6.96), Mono .682% (N: .240 – 790), Esofil .182 % (N:
.030 - .440), Basofil .110 % (N: 0.00 - .080), RBC 4.94 10e6/ul (N: 4.06 –
5.58), Hemoglobin 13.9 g/dl(N: 12.9 – 15.9), HCT 41.4% (N: 37.7 – 53.7), MCV
83.7% (N: 81.1 – 96.0), MCH 83.7 pg (N: 27.0 – 31.2), MCHC 33.5 g/dl (N: 31.8 –
35.4), RDW 11.5% (N: 11.6 – 14.5), PLT 414 10e3/ul (N: 155 – 366), MPV 5.63 FL
(N: 6.90 – 10.8), GOT 24.6 u/l (N: 0- 50), GPT
22.8u/l (N: 0 – 50), BUN (UV) 18.2 mg/dl (N: 4.7 – 23), Kreatin 1.47mg/dl
(N: 0.50 – 1.20), Natrium 1.31mmol/l (N: 135 – 155), Kalium 3.9 mmol/l (N: 3.5
– 5.5), Klorida 91mmol/l (N: 94 – 111).
B. Analisa Data dan Penyusunan
Diagnosa Keperawatan
1. Analisa
Data
Tabel 3.1 Analisis Data
2. Penyusunan
Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas dari Hari 1-3
1. Ketidakefektifan
pola nafas berhubungan dengan keletihan di tandai dengan pasien mengatakan
pasien mengatakan sesak nafas, nyeri dada, tidak ada sputum, terdapat
pernafasan cuping hidung, pernafasan tapiknea, RR: 28 x/ menit
2.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis di tandai dengan pasien
mengatakan tidak mau makan, tidak enak makan, cepat merasa kenyang setelah
makan, pasien tampak makan satu sendok setiap hari di rumah sakit, membran
mukosa pucat, penurunan bb ekrim 55-48 kg
3.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan
halangan lingkungan di tandai dengan pasien mengatakan tidak dapat tidur,
sering terbangun, tampak mengantuk, gelisah, tidur 4 jam/ perhari
C.
Intervensi,
Implementasi, Evaluasi
1. Ketidakefektifan
pola nafas berhubungan dengan keletihan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah status pernafasan dapat
teratasi dengan kriteria hasil:
Tabel 3.2 Status
pernafasan
Keterangan :
1. Sangat
berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak
ada
a. Intervensi
NIC:
Manajemen jalan nafas
1) Lakukan
fisioterapi dada
2) Monitor
status pernafasan dan oksigenasi
3) Berikan
terapi nebulizer
4) Kolaborasi
obat oral dan parenteral
5) Posisikan
pasien semifowler
6) Lakukan
fisioterapi nafas
7) Ajarkan
nafas pelan dan dalam
b. Implementasi
Hari ke-1
1) Mengajarkan
fisioterapi dada
2) Memonitor
status pernafasan dan oksigenasi
3) Memberikan
terapi nebulizer
4) Kolaborasi
pemberian obat oral dan parenteral
Hari ke-2 dan ke-3
1) Pastikan
pasien semifowler
2) Melakukan
fisioterapi nafas
3) Mengajarkan
nafas dalam dan pelan
c. Evaluasi
(SOAP)
S: Pasien mengatakan
sesak nafas berkurang, nyeri sudah tidak ada
O:
pasien tampak tenang
R: 25x/menit
A: Status pernafasan
teratasi
Tabel 3.3 Status pernafasan
P: Hentikan intervensi
2. Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah status nutrisi dapat
teratasi dengan kriteria hasil:
Tabel 3.4 Status
nutrisi
Keterangan:
1. Sangat
menyimpang
2. Banyak
menyipang
3. Cukup
menyimpang
4. Sedikit
menyimpang
5. Tidak
menyimpang
a. Intervensi
NIC:
Manajemen Nutrisi
1) Identifikasi
alergi makanan
2) Tentukan
status gizi
3) Beri
obat-obatan sebelum makan
4) Tambahkan
makanan ringan yang padat gizi
5) Anjurkan
pasien dengan kebutuhan gizi
6) Pastikan
diet mencakup makanan tinggi kandungan serat
7) Monitor
kalori dan asupan makanan
b. Implementasi
Hari ke-1
1) Mengidendifikasi
alergi makanan
2) Menentukan
status nutrisi
3) Menawarkan
makanan ringan dan padat
4) Memberi
obat nafsu makan
5) Mengajarkan
pasien memenuhi kebutuhan nutrisi
Hari ke-2 dan ke 3
1) Memastikan
diet tinggi serat
2) Memonitor
kalori dan asupan makanan
c. Evaluasi
S: Pasien mengatakan sudah mau
nafsu makan
O: pasien tampak makan dan
menghabiskan satu porsi
A:
Tabel 3.5 Status nutrisi
P:
Hentikan Intervensi
3. Gangguan
pola tidur berhubungan dengan Halangan lingkungan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah tidur dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
Tabel 3.6 Tidur
Keterangan:
1. Sangat
terganggu
2. Banyak
terganggu
3. Cukup
terganggu
4. Sedikit
terganggu
5. Tidak
terganggu
a. Intervensi
NIC: Peningkatan Tidur
1) Tentukan
pola tidur
2) Monitor
jam tidur
3) Jelaskan
pentingnya tidur
4) Bantu
membatasi pola tidur pasien
5) Bantu
meningkatkan jam tidur
6) Kolaborasi
penggunaan obat tidur
7) Sesuaikan
lingkungan nyaman
b. Implementasi
Hari ke-1
1) Menentukan
pola tidur
2) Memonitor
jam tidur
3) Menjelaskan
pentingnya tidur
4) Membantu
membatasi tidur
Hari
ke 2 dan ke 3
1) Menyesuaikan
lingkungan tidur
2) Memberi
obat tidur
c. Evaluasi
S:
Pasien mengatakan sudah dapat tidur tetapi tidak nyenyak dan kadang terbangun
O:
Pasien tampak tenang
Waktu tidur 6 jam perhari
A:
Masalah tidur teratasi
Tabel
3.7 Tidur
P: Hentikan
intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis
akan membahas tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan gangguan
Kebutuhan Oksigenasi mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Pembahasan
ini, penulis mencoba untuk mengkaitkan antara referensi yang didapat tentang
pasien dengan kondisi pasien.
A.
PENGKAJIAN
Muttaqin tahun 2009 menjelaskan definisi
pengkajian adalah salah satu dari komponen proses keperawatan yang merupakan
suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan pasien,
meliputi usaha pengumpulan data dan membuktikan data tentang status kesehatan
seorang pasien. Keahlian dalam melakukan observasi, komunikasi, wawancara, dan
pemeriksaan fisik sangat penting untuk mewujudkan fase proses keperawatan.
Penulis dalam mendapatkan data dari
pasien menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara dan studi pustaka.
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan pengkajian pola fungsional Gordon.
Alasan penulis menggunakan pola pengkajian fungsional menurut Gordon adalah
bahwa pola fungsional Gordon ini mempunyai aplikasi luas untuk para perawat
dengan latar belakang praktek yang beragam. Model pola fungsional kesehatan
terbentuk dari hubungan antara pasien dan lingkungan dan dapat digunakan untuk
perseorangan, keluarga dan komunitas. Setiap pola merupakan suatu rangkaian
perilaku yang membantu perawat mengumpulkan, mengorganisasikan dan
memilah-milah data (NANDA, 2012).
Hasil pengkajian pola fungsional Gordon
yang penulis temukan pada pasien diantaranya terjadi masalah/ gangguan di pola
pernafasan, pola nutrisi, dan pola tidur dan istirahat. Hasil tersebut
dijabarkan sebagai berikut:
Pola nutrisi
dan metabolisme sebelum sakit pasien mengatakan, sebelum sakit pasien makan 3x
sehari dengan menu sayur hijau, sop, daging. Selama sakit mengatakan tidak mau
makan dan hanya makan satu sendok saja. Pasien mengatakan sebelum sakit minum
setiap harinya ± 2 liter, selama sakit minum setiap harinya ± 1 liter.
Pola tidur sebelum sakit pasien
mengatakan tidur 8 jam perhari. Tidak ada gangguan tidur dan
merasa nyenyak, selama sakit tidak dapat tidur dengan nyenyak saat karena
banyak tindakan yang di lakuakan oleh petugas kesehatan.
Pada pemeriksaan fisik pasien penulis
mendapatkan data antara lain keadaan umum pasien cukup, kesadaran pasien Compos
Mentis. Tanda-tanda vital antara lain Tekanan Darah: 160/90 mmHg, RR: 28
x/menit, Nadi: 82 x/menit, Suhu: 36,8 °C, BB: 48 kg. TB: 165 cm. Untuk
pemeriksaan Head to To didapatkan hasil antara lain:
1. Pada
kepala didapatkan data bentuk mesochepal, tidak ada hematoma, rambut warna
hitam, sedikit beruban, dan bersih, dari mata dengan konjungtiva
anemis, sklera ikterik, pada hidung bersih, tidak ada sumbatan, telinga kanan
dan kiri simetris, bersih tidak ada serumen , fungsi pendengaran menurun, mulut
dan gigi terdapat data mukosa bibir agak kering, bersih, tidak ada stomatitis,
kemampuan bicara baik. Mukosa bibir yang agak kering pada pasien menandakan
pasien mengalami tanda-tanda dehidrasi.
2. Dada
pada pemeriksaan paru-paru didapat data bentuk simetris,tidak ada perubahan
warna kulit, Tidak ada benjolan pada thorax, bentuk dan ukuran thorax
normal,bunyi redup dan bunyi nafas vesikuler. Jantung pengembangan dinding dada
normal/simetris, tidak ditemukan adanya nyeri, pekak, tidak terdengar bunyi
gallop, reguler.
3. Abdomen
simetris, bentuk flat, warna coklat, tidak ada jejas, bising usus normal, bunyi
dull, normal tidak ada benjolan
4. Genetalia
tidak ada luka, tidak terpasang DC.
5. Ekstremitas
pada tangan ,tangan kanan terpasang infus, tidak ada kelemahan, tidak ada
edema. Ekstermitas kaki pasien tidak terpasang apapun.
Penulis
juga mendapatkan hasil
dari pemeriksaan penunjang
yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa pada pasien yaitu pemeriksaan
laboratorium untuk hematologi pada tanggal 26 Juni 2016 pukul 04.08 WIB. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan hasil Leukosit 12.9 10e3/ul (N: 3.70 -
10.1), Lymfosit 3.06 % (N: 1.09 – 2.99), Netrofil segmen 8.82% (N: 1.63 –
6.96), Mono .682% (N: .240 – 790), Esofil .182 % (N: .030 - .440), Basofil .110
% (N: 0.00 - .080), RBC 4.94 10e6/ul (N: 4.06 – 5.58), Hemoglobin 13.9 g/dl(N:
12.9 – 15.9), HCT 41.4% (N: 37.7 – 53.7), MCV 83.7% (N: 81.1 – 96.0), MCH 83.7
pg (N: 27.0 – 31.2), MCHC 33.5 g/dl (N: 31.8 – 35.4), RDW 11.5% (N: 11.6 –
14.5), PLT 414 10e3/ul (N: 155 – 366), MPV 5.63 FL (N: 6.90 – 10.8), GOT 24.6
u/l (N: 0- 50), GPT 22.8u/l (N: 0 – 50),
BUN (UV) 18.2 mg/dl (N: 4.7 – 23), Kreatin 1.47mg/dl (N: 0.50 – 1.20), Natrium
1.31mmol/l (N: 135 – 155), Kalium 3.9 mmol/l (N: 3.5 – 5.5), Klorida 91mmol/l
(N: 94 – 111).
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan
didefinisikan sebagai penilaian klinis tentang pengalaman/ respon individu,
keluarga, kelompok, atau komunitas tehadap masalah kesehatan/ proses kehidupan
aktual atau potensial, dan memberi dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil yang dapat dipertanggungjawabkan (NANDA, 2012).
1.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan
pada kasus Tn. M yang sesuai dengan
teori
a. Ketidakefektifan
pola nafas berhubungan dengan keletihan
Ketidakefektifan pola
nafas didefinisikan sebagai inspirasi
dan/ ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat. Dengan batasan
karakteristik seperti bradipnea, dispnea, fase ekspirasi memanjang, ortopnea,
penggunaan otot bantu pernafasan, penggunaan posisi tiga titik, peningkatan
diameter anterior-posterior, penurunan kapasitas vital, penurunan tekanan
ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi, penurunan ventilasi semenit, pernafasan
bibir, pernafasan cuping hidung, perubahan ekskursi dada, pola nafas abnormal,
takipnea. Sedangkan faktor yang berhubungan antara lain ansietas, cedera medula
spinalis, deformitas dinding dada, gangguan muskuloskeletal, gangguan
neurologis, hiperventilasi, keletihan, nyeri, obesitas, posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru, dan sidrom hipoventilasi (NANDA, 2015).
Penulis menegakkan diagnosa
ketidakefektifan pola nafas pada pasien dikarenakan dalam pengumpulan data
penulis mendapat data subjektif bahwa pasien mengeluh sesak nafas, pasien mengeluh
nyeri dada, , ditambah dengan pasien mengeluh adanya gangguan tidur. Kemudian data objektif didapatkan
adanya terdapat
pernafasan cuping hidung, bernafas menggunakan mulut, tidak ada sputum, Tekanan
Darah: 160/90 mmHg, RR: 28 x/menit, Nadi: 82 x/menit, Suhu: 36,8 °C.
Penulis menjadikan diagnosa nyeri akut
ini sebagai prioritas pertama, sesuai hirarki Maslow adalah kebutuhan
fisiologis biologis yaitu oksigenasi. Jika sesak nafas yang dirasakan pada
pasien tidak diatasi, ditakutkan akan berefek pada Ketidakseimbangan nutrisi, gangguan
tidur dan juga berpengaruh pada kesehatan pasien.
b. Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh didefinisikan sebagai asupan nutrisi tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Dengan batasan karakteristik seperti
berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal, bising usus
hiperaktif, cepet kenyang setelah makan, diare, gangguan sensasi rasa,
kahilangan rambut berlebihan, kelemahan otot pengunyah, kelemahan otot menelan,
kerapuhan kapiler, kesalahan informasi, kesalahan persepsi, ketidakmampuan
memakan makanan, kram abdomen, kurang informasi, kurang minat pada makan,
membran mukosa pucat, nyeri abdomen, penurunan berat badan dengan asupaan
makanan adekuat, sariawan rongga mulut, tonus otot menurun. Sedangkan faktor
yang berhubungan antara lain faktor biologis, faktor ekonomi, ketidakmampuan
makan, ketidakmampuan mencerna makanan,
ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien, kurang asupan makanan (NANDA, 2016).
Penulis menegakkan diagnosa ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada pasien dikarenakan dalam pengumpulan
data penulis mendapat data subjektif bahwa pasien mengeluh tidak mau makan,
tidak enak makan, cepat kenyang setelah makan. Kemudian data objektif didapatkan adanya terdapat
pasien hanya makan satu sendok setiap hari dan penurunan berat badan 55-48 kg.
Penulis menjadikan diagnosa ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh sebagai prioritas ke dua , sesuai hirarki
Maslow adalah kebutuhan fisiologis biologis yaitu nutrisi. Jika kekurangan
nutrisi tidak teratasi maka akan timbul gangguan kebutuhan yang lain.
c. Gangguan
pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan
Gangguan pola tidur didefinisikan
sebagai interpsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibatfaktor eksternal. Dengan
batasan karakteristik seperti kesulitas jatuh tertidur, ketidakpuasan tidur,
merasa tidak cukup tidur, penurunan kemampuan berfungsi, perubahan pola tidur
normal dan sering terjaga tanpa jelas penyebabnya. Sedangkan faktor yang
berhubungan antara lain gangguan karena pasangan tidur, halangan lingkungan,imobilisasi,
kurang privasi, pola tidur tidak menyehatkan (NANDA, 2016).
Penulis menegakkan diagnosa keperawatan gangguan
pola tidur karena didukung adanya data subjektif bahwa pasien mengeluh tidak
dapat tidur dan sering terbangun. Dengan data objektif yaitu pasien tampak
mengantuk, gelisah dan waktu tidur 4 jam per hari.
Penulis menjadikan diagnosa keperawatan gangguan
pola tidur sebagai diagnosa prioritas yang ketiga dikarenakan diagnosa ini
masih diagnosa tambahan yang mana dalam memprioritaskan diagnosa didahulukan
diagnosa aktual, meskipun dalam hirarki Maslow diagnosa ini masuk dalam
kebutuhan fisiologis.
2. Diagnosa
keperawatan yang tidak ditemukan pada kasus Tn. M tetapi ada konsep teori
a.
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan perokok
Ketidakefektifan
bersihan jalan didefinisikan yaitu ketidakmampuan membersihkan sekresi atau
obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas. Dengan
batasan karakteristik seperti dari lingkungan perokok, perokok pasif, terpajan
asap, obstruksi jalan nafas, adanya jalan nafas buatan, benda asing dalam jalan
nafas, eksudut dalam alveoli, hiperplasia pada dinding brokus, mukus
berlebihan, penyakit paru obstruksi kronis, sekresi yang tertahan, spasme jalan
nafas, fisiologis asma, disfungsi neuromuskular, infeksi, jalan nafas alergik.
Penulis tidak menegakkan diagnosa
keperawatan ketidakefektifan bersihan
jalan ini dikarenakan kurangnya dukungan data untuk menegakkan diagnosa ini,
karena pasien tidak mengalami batuk, tidak ada sekret dan pada pasien tidak
mengalami dahak yang dapat membuat tumpukan sekret.
b.
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi
Gangguan
pertukaran gas didefinisikan sebagai kelebihan atau
defisit oksigenasi dan atau eliminasi karbon dioksida pada membran
alveolar-kapiler. Dengan batasan karakteristik seperti diaforesis, dispnea, gangguan
penglihatan, gas darah areteri abnormal, gelisah, hiperkapnia, hipoksemia,
iritabilitas, konfusi, nafas cuping hidung, penurunan karbon dioksida, pH
areteri abnormal, pola pernafasan abnormal, sakit kepala saat bangun, sianosis,
somnolen, takikardia, warna kulit abnormal. Sedangkan faktor yang berhubungan
antara lain ketidakseimbangan ventilasi perfusi dan perubahan membran
kapiler-alveolar (NANDA, 2015).
Penulis tidak menegakkan diagnosa gangguan pertukaran gas ini
dikarenakan kurangnya data yang mendukung untuk menegakkan diagnosa ini.
3.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan
pada kasus Tn. M tetapi tidak Ada di konsep teori (diagnosa temuan)
a. Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh didefinisikan sebagai asupan nutrisi tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Dengan batasan karakteristik seperti
berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal, bising usus
hiperaktif, cepet kenyang setelah makan, diare, gangguan sensasi rasa,
kahilangan rambut berlebihan, kelemahan otot pengunyah, kelemahan otot menelan,
kerapuhan kapiler, kesalahan informasi, kesalahan persepsi, ketidakmampuan
memakan makanan, kram abdomen, kurang informasi, kurang minat pada makan,
membran mukosa pucat, nyeri abdomen, penurunan berat badan dengan asupaan
makanan adekuat, sariawan rongga mulut, tonus otot menurun. Sedangkan faktor
yang berhubungan antara lain faktor biologis, faktor ekonomi, ketidakmampuan
makan, ketidakmampuan mencerna makanan,
ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien, kurang asupan makanan (NANDA, 2016).
Penulis menegakkan diagnosa ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada pasien dikarenakan dalam pengumpulan
data penulis mendapat data subjektif bahwa pasien mengeluh tidak mau makan,
tidak enak makan, cepat kenyang setelah makan. Kemudian data objektif didapatkan adanya terdapat
pasien hanya makan satu sendok setiap hari dan penurunan berat badan 55-48 kg.
Penulis menjadikan diagnosa ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh sebagai prioritas ke dua , sesuai hirarki
Maslow adalah kebutuhan fisiologis biologis yaitu nutrisi. Jika kekurangan
nutrisi tidak teratasi maka akan timbul gangguan kebutuhan yang lain.
b.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan
halangan lingkungan
Gangguan pola tidur
didefinisikan sebagai interpsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibatfaktor
eksternal. Dengan batasan karakteristik seperti kesulitas jatuh tertidur,
ketidakpuasan tidur, merasa tidak cukup tidur, penurunan kemampuan berfungsi,
perubahan pola tidur normal dan sering terjaga tanpa jelas penyebabnya.
Sedangkan faktor yang berhubungan antara lain gangguan karena pasangan tidur,
halangan lingkungan,imobilisasi, kurang privasi, pola tidur tidak menyehatkan
(NANDA, 2016).
Penulis menegakkan diagnosa keperawatan
gangguan pola tidur karena didukung adanya data subjektif bahwa pasien mengeluh
tidak dapat tidur dan sering terbangun. Dengan data objektif yaitu pasien
tampak mengantuk, gelisah dan waktu tidur 4 jam per hari.
Penulis menjadikan diagnosa keperawatan
gangguan pola tidur sebagai diagnosa prioritas yang ketiga dikarenakan diagnosa
ini masih diagnosa tambahan yang mana dalam memprioritaskan diagnosa
didahulukan diagnosa aktual, meskipun dalam hirarki Maslow diagnosa ini masuk dalam
kebutuhan fisiologis.
BAB V
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. M selama 3 hari
pada tangggal 27 – 29 Juni 2016 di ruang
Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas dengan diagnosa medis
Pneumotorax yang penulis lakukan dari pengkajian sampai evaluasi.
1. Pengkajian
yang didapatkan oleh penulis adalah, pasien mengeluh sesak nafas. Pemeriksaan fisik: pada pemeriksaan
fisik adalah inspeksi bentuk simetris, palpasi tidak ada benjolan dan nyeri
tekan, perkusi sonor, auskultasi vesikuler. Pasien juga mengatakan tidak nafsu
makan hanya 1 sendok makan saja dan pasien mengatakan mengalami gangguan pola
tidur. Dalam pemeriksaan laboratorium di dapatkan yang abnormal yaitu Lymfosit 3.06 % (N: 1.09 – 2.99), Netrofil
segmen 8.82% (N: 1.63 – 6.96), Kreatin 1.47mg/dl (N: 0.50 – 1.20).
2. Diagnosa
keperawatan yang ditemukan oleh penulis pada Tn.M adalah Ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan keletihan, Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, Gangguan pola tidur
berhubungan dengan Halangan lingkungan.
3. Perencanaan
yang akan di lakukan yaitu: lakukan fisioterapi dada, monitor status pernafasan
dan oksigenasi, berikan terapi nebulizer, kolaborasi obat oral dan parenteral,
posisikan pasien semifowler, lakukan fisioterapi nafas, ajarkan nafas pelan dan
dalam.
4) Implementasi
yang dilakukan oleh penulis adalah mengajarkan fisioterapi dada, memonitor
status pernafasan dan oksigenasi, memberikan terapi nebulizer, kolaborasi
pemberian obat oral dan parenteral, pastikan pasien semifowler, melakukan
fisioterapi nafas, mengajarkan nafas dalam dan pelan
5) Evaluasi
dari ketiga diagnosa sudah teratasi semua
Evaluasi keperawatan
yang diperoleh setelah penulis melalukan tindakan keperawatan yaitu untuk
diagnosa ketidakefektifan pola nafas sudah teratasi, diagnosa yang ke dua ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh sudah teratasi, dan diagnosa yang terakhir
yaitu gangguan pola tidur berhubungan sudah tertasi. Jadi masalah keperawatan
yang penulis kelola dari ketiga diagnosa tersebut teratasi semua dan pasien
pulang.
B.
SARAN
Setelah penulis menyampaikan beberapa simpulan
diatas maka penulis memberikan saran yang berguna untuk memperbaiki serta
mempertahankan dan mempertinggi mutu pelayanan dalam memberi asuhan
keperawatan:
1. Kepada
Mahasiswa Keperawatan
Harus
mempersiapkan secara matang dalam melakukan tindakan keperawatan yang
berdasarkan rencana tindakan keperawatan yang akan kita bahas agar memudahkan
dalam melakukan pengkajian, menentukan core problem, merumuskan masalah,
merumuskan diagnosa keperawatan, menentukan tujuan yang akan dicapai dan
mempermudahkan dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi.
2. Kepada
Rumah Sakit
Perlu adanya
penyuluhan kusus tentang gangguan Kebutuhan Oksigenasi sehingga dapat membantu
meningkatkan pelayanan rumah sakit.
3. Kepada
Institusi Pendidikan
Menambah masukan
dan merupakan sumber informasi nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan Kebutuhan Oksigenasi dari lahan praktek, sehingga
dapat mendorong kearah peningkatan kualitas ahli madya keperawatan yang
dihasilkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Asmadi.
2008. Teknik Prosedural Keperawatan:
Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika
Tarwanto
&Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Nanda. 2015-2017
NIC
NOC
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar