Rabu, 21 Desember 2016

Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi



ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG TERATAI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS











Disusun Oleh :
Silvy Yulianingsih
15.046





AKADEMI PERAWATAN (AKPER) SERULINGMAS
MAOS – CILACAP
2016


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan “Asuhan Keperawatan Pada Tn. M dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Teratai RSUD Banyumas”
   Keberhasilan penulis dalam menyelesaikanAsuhan Keperawatan ini tidak lepas dari bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.    Ibu Puji Suwariyah, Ns., M.Kep selaku Direktur Akademi Perawatan Serulingmas Cilacap
2.    Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan praktek kebutuhan dasar manusia di rumah sakit.
3.    Kepada teman-teman dan semua pihak yang tidak kami sebutkan satu persatu yang telah membantu proses penyusunan Asuhan Keperawatan.
Penulis menyadari bahwa Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap Asuhan Keperawatan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan demi perkembangan ilmu pengetahuan.

Maos, 3 Agustus 2016


                                                                                       Penulis

  



PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Tn. M dengan GangguanKebutuhan Oksigenasi Di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas telah diujikan dan di setujui oleh Dewan Penguji.
Diujikan tanggal 12 Agustus 2016


Penguji


Penguji I

Budi Priyanto,S.Kep,. Ns.
NIK.41070984




...................................
Penguji II

Sakiyan, S.Kep., Ns,. M.Kep.
NIK. 51000175

.
..................................



BAB 1
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Respirasi merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan (penafasan dalam) dan yang terjadi di dalam paru-paru (pernafasan luar). Dengan bernafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dari jaringan, memungkinkan setiap sel sendiri-sendiri melangsungkan proses metabolismenya, yang berarti pekerjaan selesai dan hasil buangan dalam bentuk karbon dioksida dan air dihilangkan (Pearce, 2008).
System respirasi pada manusia terdiri dari jaringan dan organ tubuh yang merupakan parameter kesehatan manusia. Jika salah satu system respirasi terganggu maka secara system lain yang bekerja dalam tubuh akan terganggu. Hal ini dapat menimbulkan terganggunya proses homeostasis tubuh dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
Gangguan sistem respirasi merupakan gangguan yang menjadi masalah besar di dunia khususnya Indonesia diantaranya adalah penyakit pneumonia, TBC, dan asma. Menurut laporan WHO pada tahun 2006, Indonesia merupakan negara dengan tingkat kejadian pneumonia tertinggi ke-6 di seluruh dunia. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001, pneumonia merupakan urutan terbesar penyebab kematian pada balita. Pneumonia dapat mengenai anak di seluruh dunia, bila diumpamakan kematian anak-anak di seluruh dunia akibat pneumonia, maka setiap jam, anak-anak sebanyak 1 pesawat jet penuh (230 anak) meninggal akibat pneumonia, yang mencapai hampir 1 dari 5 kematian balita di seluruh dunia. Insiden pneumonia di negara berkembang adalah 10-20 kasus/100 anak/tahun (10-20%).

Sedangkan insiden TBC, WHO mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia (WHO Global Tuberculosis Control, 2010). Dan insiden asma menurut WHO, sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia adalah penyandang Asma. Jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 orang setiap tahunnya. Di Indonesia, prevalensi asma belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan 2 – 5 %5 (3-8%2 dan 5-7%7) penduduk Indonesia menderita asma.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan dasar klien secara holistic memiliki tanggung jawab untuk membantu pemenuhan kebutuhan oksigen klien yang tidak adekuat. Dalam tindakannya, seorang perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan harus melakukan metode keperawatan berupa pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, dan evaluasi. Diagnosa keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses keperawatan. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat.
Diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem respirasi dapat berupa ketidakefektifan bersihan jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas, gangguan pertukaran gas.








B.     Tujuan Penulisan
1.         Tujuan Umum
                  Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan dasar manusia : Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
2.         Tujuan Khusus
a.    Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien  dengan gangguan kebutuhan dasar manusia
b.    Mahasiswa mampu menegakan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Teratai RSUD Banyumas
c.    Mahasiswa mampu Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan gangguan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Teratai RSUD Banyumas
d.   Mahasiswa mampu mengimplementasi rencana tindakan yang telah disusun pada pasien gangguan Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang Teratai RSUD Banyumas
e.    Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien gangguan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Teratai RSUD Banyumas
f.     Mampu mendokumentasikan hasil tindakan yang dilakukan pada pasien gangguan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Teratai RSUD Banyumas

C.     Manfaat Penulisan
1.         Kepada Mahasiswa Keperawatan
Laporan kasus ini diharapkan sebagai acuan pembelajaran dalam mengaplikasikan teori dan praktek asuhan keperawatan dengan gangguan sistem pernafasan.
2.         Kepada Rumah Sakit
Memberikan informasi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi sehingga dapat membantu meningkatkan pelayanan rumah sakit.
3.         Kepada Institusi Pendidikan
Menambah masukan dan merupakan sumber informasi nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi dari lahan praktek, sehingga dapat mendorong kearah peningkatan kualitas ahli madya keperawatan yang dihasilkan.

D.     Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
B.       Tujuan Penulisan
C.       Manfaat Penulisan
D.       Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A.  Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Oksigenasi
1.        Pengertian
2.        Anatomi dan Fisiologi yang Berhubungan
3.        Proses Okseigenasi
4.        Faktor-faktor yang Mempengaruhi
5.        Penatalaksanaan
B.  Konsep Keperawatan
1.      Pengkajian
2.      Gangguan / Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
3.      Intervensi Keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS
A.       Pengkajian
B.       Analisa Data dan Penyusunan Diagnosa Keperawatan
C.       Intervensi, Implementasi, Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
A.    Pengkajian
B.     Diagnosa Keperawatan


BAB V PENUTUP
A.    Simpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



BAB II
TINJAUAN TEORI

  A.     KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA OKSIGENASI
1.         Pengertian
Pernafasan adalah pertukaran gas antara makhluk hidup/ organisme dengan lingkungan. Jadi suatu proses dimana menghirup oksigen dari udara serta mengeluarkan karbondioksida dan uap air.
Kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar pada manusia yaitu kebutuhan fisiologis. Pemenuhuan kebutuhan oksigenasi ditujukan untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidupnya. Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan O2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup berbahaya terhadap aktifitas sel (Wahit Iqbal Mubarak, 2007).
Oksigen adalah proses penambahan oksigen ke dalam sistem (kimia/ fisika). Oksigenasi merupakan zat atau gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam metabolisme sel. (Tarwanto Wartonah, 2006)
Kebuthan oksigenasi sangat diperlukan untuk proses kehidupan oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen harus dipenuhi karena apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh kurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otot. (A. Aziz Alimul Hidayat)



2.         Anatomi dan Fisiologi yang Berhubungan
a.    Sistem pernafasan atas
1)   Hidung
Udara yang masuk akan mengalami penyaringan, humadifikasi dan penghangatan.
2)   Faring
Berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman pathogen yang masuk bersama udara.
3)   Laring
Berfungsi mempertahankan kepatenan dan melindungi jalan nafas bahwa dari air dan makanan yang masuk. (Peace, Evelyn 2000)
b.    Sistem pernafasan bawah
1)   Trakea
Berfungsi menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri. pipa membran yang dikosongkan oleh cincin kartilago yang menghubungkan laring dan bronkus utama anatara kanan dan kiri.
2)   Paru-paru
Ada dua buah dan terletak disebelah kanan dan kiri, masing- masing terdiri atas beberapa lobus. Berdasarkan tempat proses pernafasan terbagi menjadi dua :
a)   Pernafasan eksternal
Pernafasan eksternal (pernafasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan pertukaran O2 dan CO2. Secara umum proses ini berlangsung dalam 3 langkah.
(1)  Ventilasi pulmoner
Proses ventilasi ini dipengaruhi beberapa faktor yaitu jalan nafas yang bersih sistem saraf pusat dan sistem pernafasan yang utuh.


(2)  Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen masuk alveolar, proses pernafasan berikutnya adalah difusi oksigen dan alveolar ke pembuluh darah pulmoner.
(3)  Transpor oksigen dan karbondioksida
Proses ini oksigen diangkut dari paru-paru menuju jaringan dan karbon dioksida diangkut dari jaringan kembali menuju ke paru-paru. (Peace, Evelyn 2000)
b)   Pernafasan internal
Pernafasan internal (pernafasan jaringan) mengacu pada proses metabolisme intra sel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan menghasilkan CO2 selama proses penyerapan energi melalui molekul nutrien. Pada proses ini darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik dan selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dn sel jaringan seperti di kapiler paru. Pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial. .(Peace, Evelyn 2000).
c.  Sistem kardiovaskular
Sistem ini berperan dalam proses oksigenasi ke jaringan tubuh yaitu berperan dalam proses oksigen. Oksigen di transportasikan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Aliran darah yang adekuat dapat dilihat dari kemampuan jantung memompa darah dan perubahan tekanan darah.






3.    Proses Okseigenasi
a.    Ventilasi
Ventilasi merupakan pross keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Dalam proses ventilasi ini terdapat beberapa hal yang mempengaruhinya diantaranya perbedaan tekanan atmosfer dengan paru, kemampuan thorax dan paru, jalan nafas, reflek batuk dan muntah, peran mukus ciliaris.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complience dan recoil. Complience adalah kemampuan paru untuk berkembang yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah surfaktan yang terdapat pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan, adanya sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan thorax. Surfaktan diproduksi saat terjadiperegangan sel aveoli, dan disekresi saat pasien menarik nafas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak dapat keluar secara maksimal.
Kemudian pada pusat pernafasan yaitu medula oblongata dan pons juga dapat mempengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernafasan, peningkatan CO2 dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernafasan dan apabila PCO2 kurang <80mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernafasan.
b.    Difusi Gas
Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan CO2 kapiler dengan alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya diantaranya luas permukaan, tebal membran respirasi/ permeabilitas yang terdiri dari epitel alveoli dan interstitial keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila proses penebalan, ketiga perbedaan tekanan dan konsentrasi O2, hal ini dapat terjadi seperti O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi) dan PCO2 dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli, keempat afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
c.    Transportasi Oksigen
Merupakan transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi oksigen akan berikatan dengan Hb membentuk Oxyhemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%). Kemudian transportasi CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%) dan larut dalam plasma (5%), kemudian sebagian menjadi HCO3 berada pada darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu cardiac output yang dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung. Pada isi sekuncup ditentukan oleh kemampuan otot jantung untuk berkontraksi dan volume cairan, dan frekuensi denyut jantung dapat di tentukan oleh keadaan seperti over load atau beban yang dimiliki pada akhir diastole.

4.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi
a.    Faktor fisiologi
1)   Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia
2)   Menurunnya konsentrasi oksigen yang di inspirasi seperti pada obstruksi saluran nafas bagian atas.
3)   Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam ibu hamil,dan luka.
b.    Faktor perkembangan
1)   Bayi prematur : menyebabkan kekurangan pembentukan sufactan
2)   Bayi dan toddler : adanya resiko saluran pernafasan dan merokok
3)   Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas
4)   Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan anteriok kleosis, ekspansi paru penurunan.
c.    Faktor perilaku
1)   Nutrisi: pada obesias mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang diet yang tinggi lemak menimbulkan anteriosklerosis.
2)   Kecemasan: menyebabkan metabolisme meningkat
3)   Merokok: nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
d.   Faktor kesehatan
Pada orang sehat sistem kardiovaskular sering mempengaruhi distribusi oksigen dalam sel tubuh. Penyakit sistem pernafasan dapat menyebabkan hipoksemia karena hemoglobin membawa O2 dan CO2.


5.    Penatalaksanaan
a.    Keperawatan
1)   Memberikan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya menghindari faktor yang dapat memperburuk keadaan.
2)   Memberikan bimbingan pada pasien untuk melakukan batuk efektif dan fisioterapi dada.
b.    Medis
1)   Pemberian terapi oksigen
2)   Usaha pengenceran lendir dengan obat-obatan mukotik untuk lendir banyak dan lengkap di seluruh cabang-cabang bronkus.
3)   Pemeriksaan rontgen torak
4)   Pemeriksaan keadaan gas darah
5)   Terapi oksigen
6)   Terapi inhalasi nebulizer

  B.     Konsep Keperawatan
1.         Pengkajian
a.    Riwayat keperawatan
1)    Masalah pernafasan yang pernah dialami
a)      Pernah mengalami perubahan pola pernafasan
b)      Pernah mengalami batuk dengan sputum
c)      Pernah mengalami nyeri dada
2)    Riwayat kardiovaskular
Pernah mengalami penyakit jantung atau peredaran darah
3)    Gaya hidup
Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok
b.    Pemeriksaan fisik
1)    Mata
a)   Konjungtiva pucat (karena anemia)
b)   Konjungtiva sianosis (tupoksemia)
c)   Konjungtiva terdapat pathaechia (karena embolin lemak atau endokarditis)
2)    Kulit
a)   Sianosis perifer
b)   Sianosis secara umum
c)   Penurunan turgor
d)  Edema
3)    Mulut dan bibir
a)   Membran mukosa sianosis
b)   Bernafas menggunakan mulut
4)    Hidung
Pernafasan cuping hidung
5)    Dada
a)   Pergerakan tidak simetris antara dada kanan dan kiri
b)   Bunyi perkusi (resonan, hipersonan, dullnes)
c)   Saluran nafas tidak normal (rales, ronkhi, wheezing pleura ktiction)
d)  Saluran nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler bronkhial)
6)    Pola pernafasan
a)   Pernafasan normal (eupnea)
b)   Pernafasan cepat (takipnea)
c)   Pernafasan lambat (bradipnea)

2.    Gangguan / Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
a.    Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b.    Ketidakefektifan pola pernafasan
c.    Gangguan pertukaran gas


3.    Intervensi Keperawatan
a.    Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan masalah status pernafasan: jalan nafas teratasi dengan kriteria hasil:
Tabel 1.1 Respiratory Status: Airway Patency
No    Indikator                                   Awal                            Tujuan
1.       Ketakutan
2.       Suara nafas tambahan
3.       Batuk
Keterangan
1.    Sangat berat
2.    Berat
3.    Cukup
4.    Ringan
5.    Tidak ada
Intervensi:
NIC : Respiratory Monitoring
a.    Catat pergerakan dada, ketidaksimetrisan, penggunaan otot-otot dan retraksi pada otot supraclaviculas
b.    Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau mengi setiap 3 jam sekali
c.    Perkusi torax anterior dan posterior dari apeks ke basis paru kanan dan  kiri
d.   Monitor pola nafas setiap 3 jam sekali
e.    Monitor tingkat kelelahan , kecemasan dan kekurangan udara setiap 3jam sekali
f.     Monitor kemampuan batuk efektif setiap 3 jam sekali
g.    Monitor sekresi pernafasan


b.    Ketidakefektifan pola pernafasan
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam di harapkan masalah status pernafasan teratasi dengan kriteria hasil:
Tabel 1.2 Respiratory Status
No    Indikator                                   Awal                            Tujuan
1.         Irama pernafasan 
2.         Suara auskultasi
3.         Saturasi oksigen
Keterangan
1.    Deviasi berat dari kisaran normal
2.    Deviasi yang cukup berat dari kisaran normal
3.    Deviasi sedang dari kisaran normal
4.    Deviasi ringan dari kisaran normal
5.    Deviasi tidak ada
Intervensi:
NIC : Respiratory Monitoring
a.    Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitas bernafas setiap 3 jam sekali.
b.    Monitor saturasi oksigen
c.    Pasang sensor pemantauan oksigen non intensif
d.   Auskultasi suara nafas catat area terjadi penurunan/ tidak adanya ventilasi dan keberadaan suara nafas tambahan
e.    Catat perubahan pada saturasi oksigen
f.     Kaji perlunya penyedotan jalan nafas ronkhi di paru
g.    Auskultasi suara nafas setelah tindakan

c.    Gangguan pertukaran gas
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan masalah status pernafasan: pertukaran gas teratasi dengan kriteria hasil:



Tabel 1.3 Respiratory status: gas exchage
No  Indikator                                                               Awal                 Tujuan
1.     Tekanan parsial oksigen di darah arteri (Pa2O2)
2.     Tekanan parsial karbondioksida di arteri (PaCO2)
3.     Saturasi oksigen
Keterangan
1.    Sangat berat
2.    Berat
3.    Cukup
4.    Ringan
5.    Tidak ada
Intervensi:
NIC : Oxygen therapy
a.    Bersihkan mulut, hidung dan sekresi trakea dengan tepat
b.    Pertahankan kepatenan jalan nafas
c.    Berikan oksigen tambahan
d.   Monitor aliran oksigen setiap 3 jam sekali
e.    Monitor efektifitas terapi oksigen setiap 3 jam sekali
f.     Monitor kecemasan pasien








BAB III
TINJAUAN KASUS

    A.       Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Juni 2016 pada pukul 09.00 WIB. Dengan data nama pasien Tn.M di ruangan Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas dengan diagnosa medis Pneumotorax. Dengan ini penulis mengkaji Tn.M dan dikelola selama 3 hari.
1.    Identitas Diri Klien
Pada data biografi didapatkan bahwa pasien bernama Tn.M, berumur 83 tahun, jenis kelamin laki-laki, yang beralamat di Besuki Rt 3 Rw 1, status perkawinan sudah menikah, pasien bergama Islam, suku bangsa pasien Jawa, pendidikan pasien tidak sekolah, pekerjaan pasien petani. Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 26 Juni 2016 pada pukul 00.05 WIB. Sumber informasi didapat dari pasien dan keluarga.
2.    Riwayat Penyakit
Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 26 Juni 2016 pada pukul 00.05 WIB dan mengatakan sesak nafas, lemas, batuk, dan nyeri dada. Pada saat pengkajian pasien mengatakan sesak nafas. Pasien mempunyai riwayat penyakit dahulu yaitu 10 tahun yang lalu pernah amputasi jempol kaki kiri karena Diabetes Militus. Pasien mengatakan. Pasien mengatakan memiliki penyakit keluarga Diabetes Militus, Jantung dan Hipertensi. Diagnosa medik pada MRS Pneumothorax. Pemeriksaan penunjang laboratorium darah lengkap pemeriksaan EKG, laboratorium urin. Tindakan yang sudah di lakukan IVFD RL             20 tpm, Injeksi Ranitidin 2x1, Captopril 3x25mg, digoxsin 1x , Furrosemide 1x1, O2 2liter/m.  



3.    Pengkajian Saat Ini
Pasien mengatakan cemas dengan keadaannya saat ini. Pasien mengatakan kesehatan sangat penting tetapi pasien tidak mengetahui cara pemelihara kesehatan yang benar.
Pola nutrisi dan metabolisme sebelum sakit pasien mengatakan, sebelum sakit pasien makan 3x sehari dengan menu sayur hijau, sop, daging. Selama sakit mengatakan tidak mau makan dan hanya makan satu sendok saja. Pasien mengatakan sebelum sakit minum setiap harinya ± 2 liter, selama sakit minum setiap harinya ± 1 liter.
Pola eliminasi sebelum sakit BAB 1x sehari setiap pagi bentuknya padat, lembek, dan tidak ada nyeri saat BAB. Selama sakit sulit untuk BAB, 2 hari sekali, warna coklat tua, padat.
Pola aktivitas dan latihan selama sakit pasien dibantu oleh orang lain dalam memenuhi aktivitasnya (toileting, mandi, makan, minum) pasien mengatakan sesak bernafas, hanya tiduran.
Pola tidur sebelum sakit pasien mengatakan tidur 8 jam perhari. Tidak ada gangguan tidur dan merasa nyenyak, selama sakit tidak dapat tidur dengan nyenyak saat karena banyak tindakan yang di lakuakan oleh petugas kesehatan.
Pola perseptual sebelum sakit sudah ada gangguan pendengaran dan penglihatan, selama sakit ada gangguan pendengaran dan penglihatan dan semuanya normal.
Pola persepsi diri sebelum sakit sangat menjaga kesehatannya selama sakit cemas dan malu terhadap penyakit yang dideritanya.
Pola seksualitas dan reproduksi sebelum sakit memiliki 5 anak dan satu istri selama sakit normal.
Pola peran hubungan sebelum sakit dapat berkomunikasi dengan lancar dan keuangan diatur oleh anaknya, selama sakit dapat berkomunikasi dengan lancar.
            Pola manajemen koping-stress sebelum sakit tidak pernah mengalami stres berlebihan, selama sakit jika mengalami stres bercerita dengan anaknya.
            Sistem nilai dan keyakinan  sebelum sakit beribadah dengan lancar, selama sakit tidak pernah sholat.
4.    Pemeriksaan Fisik
Kesadaran pasien pada saat di lakukan pemeriksaan fisik adalah composmetris, tanda-tanda vital pasien, Tekanan Darah: 160/90 mmHg, RR: 28 x/menit, Nadi: 82 x/menit, Suhu: 36,8 °C, BB: 48 kg. TB: 165 cm. Kepala simetris. Mata konjungtiva anemis, sklera ikterik. Hidung bersih, tidak ada sumbatan. Telinga bersih tidak ada surumen. Mulut mukosa bibir kering, bersih, tidak ada stomatitis. Leher tidak ada benjolan dan pembesaran tyroid. Thorak payudara simetris, jantung (inspeksi: bentuk simetris, palpasi: leher cedes, perkusi: bising redup), paru(inspeksi: bentuk simetris, palpasi: tidak ada benjolan dan nyeri tekan, perkusi: sonor, auskultasi: vesikuler). Abdomen (inspeksi: bentuk flat, auskultasi: bising usus normal, perkusi: bumyi dull, palpasi: normal tidak ada benjolan). Genetalia tidak terpasang kateter. Punggung simetris. Ekstermitas atas terpasang infus Ringer Laktat 20 tpm, bawah tidak terpasang apapun.
5.    Program Terapi
Program terapi yang diberikan ke pasien Infus IVFD RL 20 tpm, Cefriaxon 1 gr 3x1. Iv, Omeprazole 4mg 3x1. Iv
6.    Hasil Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal 26 Juni 2016 pukul 04.08 WIB di dapatkan hasil pemeriksaan sebagai berikut :
Leukosit 12.9 10e3/ul (N: 3.70 - 10.1), Lymfosit 3.06 % (N: 1.09 – 2.99), Netrofil segmen 8.82% (N: 1.63 – 6.96), Mono .682% (N: .240 – 790), Esofil .182 % (N: .030 - .440), Basofil .110 % (N: 0.00 - .080), RBC 4.94 10e6/ul (N: 4.06 – 5.58), Hemoglobin 13.9 g/dl(N: 12.9 – 15.9), HCT 41.4% (N: 37.7 – 53.7), MCV 83.7% (N: 81.1 – 96.0), MCH 83.7 pg (N: 27.0 – 31.2), MCHC 33.5 g/dl (N: 31.8 – 35.4), RDW 11.5% (N: 11.6 – 14.5), PLT 414 10e3/ul (N: 155 – 366), MPV 5.63 FL (N: 6.90 – 10.8), GOT 24.6 u/l (N: 0- 50), GPT  22.8u/l (N: 0 – 50), BUN (UV) 18.2 mg/dl (N: 4.7 – 23), Kreatin 1.47mg/dl (N: 0.50 – 1.20), Natrium 1.31mmol/l (N: 135 – 155), Kalium 3.9 mmol/l (N: 3.5 – 5.5), Klorida 91mmol/l (N: 94 – 111).



     B.       Analisa Data dan Penyusunan Diagnosa Keperawatan
1.    Analisa Data
Tabel 3.1 Analisis Data
No
Tanggal
Data
Etiologi
Problem
1.

27 Juni 2016
DS: Pasien mengatakan sesak nafas
Pasien mengatakan nyeri dada
DO: Tidak ada sputum
Terdapat pernafasan cuping hidung
RR: 28 x/ menit
Keletihan
Ketidakefektifan pola nafas
2.
27 Juni 2016
DS: Pasien mengatakan tidak mau makan, tidak enak makan, cepat merasa kenyang setelah makan
DO: Pasien tampak makan satu sendok setiap hari di rumah sakit, membran mukosa pucat, penurunan BB ekrim 55-48 kg
Faktor biologis
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
3.
27 Juni 2016
DS: Pasien mengatakan tidak dapat tidur
Pasien mengatakan sering terbangun
DO: Pasien tampak mengantuk
Pasien tampak gelisah
Waktu tidur 4 jam/ perhari
Halangan lingkungan
Gangguan pola tidur

2.    Penyusunan Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas dari Hari 1-3
1.    Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan di tandai dengan pasien mengatakan pasien mengatakan sesak nafas, nyeri dada, tidak ada sputum, terdapat pernafasan cuping hidung, pernafasan tapiknea, RR: 28 x/ menit
2.    Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis di tandai dengan pasien mengatakan tidak mau makan, tidak enak makan, cepat merasa kenyang setelah makan, pasien tampak makan satu sendok setiap hari di rumah sakit, membran mukosa pucat, penurunan bb ekrim 55-48 kg
3.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan di tandai dengan pasien mengatakan tidak dapat tidur, sering terbangun, tampak mengantuk, gelisah, tidur 4 jam/ perhari

    C.            Intervensi, Implementasi, Evaluasi
1.    Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah status pernafasan dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Tabel 3.2 Status pernafasan
No  Indikator                           Awal                 Tujuan                   Akhir
1.      Frekuensi nafas                     2                       4
2.      Irama nafas                           2                       4
3.      Suara nafas                           2                       4
Keterangan :
1.    Sangat berat
2.    Berat
3.    Cukup
4.    Ringan
5.    Tidak ada
a.    Intervensi
NIC: Manajemen jalan nafas
1)   Lakukan fisioterapi dada
2)   Monitor status pernafasan dan oksigenasi
3)   Berikan terapi nebulizer
4)   Kolaborasi obat oral dan parenteral
5)   Posisikan pasien semifowler
6)   Lakukan fisioterapi nafas
7)   Ajarkan nafas pelan dan dalam
b.    Implementasi
Hari ke-1
1)   Mengajarkan fisioterapi dada
2)   Memonitor status pernafasan dan oksigenasi
3)   Memberikan terapi nebulizer
4)   Kolaborasi pemberian obat oral dan parenteral
Hari ke-2 dan ke-3
1)   Pastikan pasien semifowler
2)   Melakukan fisioterapi nafas
3)   Mengajarkan nafas dalam dan pelan
c.    Evaluasi (SOAP)
S: Pasien mengatakan sesak nafas berkurang, nyeri sudah tidak ada
O: pasien tampak tenang               
     R: 25x/menit
A: Status pernafasan teratasi
  Tabel 3.3 Status pernafasan
No  Indikator                           Awal                 Target                  Akhir
1.     Frekuensi nafas                     2                       4                         4
2.     Irama nafas                           2                       4                         4
3.     Suara nafas                           2                       4                         4
P: Hentikan intervensi

2.    Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah status nutrisi dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Tabel 3.4 Status nutrisi
No
Indikator
Awal
Target
Akhir
1.
2.
3.
Asupan makanan
Asupan cairan
Energi
2
2
2
5
5
5

Keterangan:
1.    Sangat menyimpang
2.    Banyak menyipang
3.    Cukup menyimpang
4.    Sedikit menyimpang
5.    Tidak menyimpang

a.    Intervensi
NIC: Manajemen Nutrisi
1)      Identifikasi alergi makanan
2)      Tentukan status gizi
3)      Beri obat-obatan sebelum makan
4)      Tambahkan makanan ringan yang padat gizi
5)      Anjurkan pasien dengan kebutuhan gizi
6)      Pastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat
7)      Monitor kalori dan asupan makanan
b.    Implementasi
Hari ke-1
1)   Mengidendifikasi alergi makanan
2)   Menentukan status nutrisi
3)   Menawarkan makanan ringan dan padat
4)   Memberi obat nafsu makan
5)   Mengajarkan pasien memenuhi kebutuhan nutrisi
Hari ke-2 dan ke 3
1)   Memastikan diet tinggi serat
2)   Memonitor kalori dan asupan makanan
c.    Evaluasi
S: Pasien mengatakan sudah mau nafsu makan
O: pasien tampak makan dan menghabiskan satu porsi
A: Tabel 3.5 Status nutrisi
No
Indikator
Awal
Target
Akhir
1.
2.
3.
Asupan makanan
Asupan cairan
Energi



2
2
2
5
5
5
5
5
5






P: Hentikan Intervensi







3.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan Halangan lingkungan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah tidur dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Tabel 3.6 Tidur
No
Indikator
Awal
Target
Akhir
1.
2.
3.
Jam tidur
Pola tidur
Kualitas tidur
3
3
3
5
5
5

Keterangan:
1.      Sangat terganggu
2.      Banyak terganggu
3.      Cukup terganggu
4.      Sedikit terganggu
5.      Tidak terganggu
a.    Intervensi
NIC: Peningkatan Tidur
1)   Tentukan pola tidur
2)   Monitor jam tidur
3)   Jelaskan pentingnya tidur
4)   Bantu membatasi pola tidur pasien
5)   Bantu meningkatkan jam tidur
6)   Kolaborasi penggunaan obat tidur
7)   Sesuaikan lingkungan nyaman
b.    Implementasi
Hari ke-1
1)   Menentukan pola tidur
2)   Memonitor jam tidur
3)   Menjelaskan pentingnya tidur
4)   Membantu membatasi tidur

Hari ke 2 dan ke 3
1)   Menyesuaikan lingkungan tidur
2)   Memberi obat tidur
c.    Evaluasi
S: Pasien mengatakan sudah dapat tidur tetapi tidak nyenyak dan kadang terbangun
O: Pasien tampak tenang
     Waktu tidur 6 jam perhari
A: Masalah tidur teratasi
Tabel 3.7 Tidur
No
Indikator
Awal
Target
Akhir
1.
2.
3.
Jam tidur
Pola tidur
Kualitas tidur
3
3
3
5
5
5
4
4
4
P: Hentikan intervensi



BAB IV

PEMBAHASAN



Dalam bab ini penulis akan membahas tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan gangguan Kebutuhan Oksigenasi mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Pembahasan ini, penulis mencoba untuk mengkaitkan antara referensi yang didapat tentang pasien dengan kondisi pasien.
  A.     PENGKAJIAN
Muttaqin tahun 2009 menjelaskan definisi pengkajian adalah salah satu dari komponen proses keperawatan yang merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan pasien, meliputi usaha pengumpulan data dan membuktikan data tentang status kesehatan seorang pasien. Keahlian dalam melakukan observasi, komunikasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk mewujudkan fase proses keperawatan.
Penulis dalam mendapatkan data dari pasien menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara dan studi pustaka. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan pengkajian pola fungsional Gordon. Alasan penulis menggunakan pola pengkajian fungsional menurut Gordon adalah bahwa pola fungsional Gordon ini mempunyai aplikasi luas untuk para perawat dengan latar belakang praktek yang beragam. Model pola fungsional kesehatan terbentuk dari hubungan antara pasien dan lingkungan dan dapat digunakan untuk perseorangan, keluarga dan komunitas. Setiap pola merupakan suatu rangkaian perilaku yang membantu perawat mengumpulkan, mengorganisasikan dan memilah-milah data (NANDA, 2012).
Hasil pengkajian pola fungsional Gordon yang penulis temukan pada pasien diantaranya terjadi masalah/ gangguan di pola pernafasan, pola nutrisi, dan pola tidur dan istirahat. Hasil tersebut dijabarkan sebagai berikut:
Pola nutrisi dan metabolisme sebelum sakit pasien mengatakan, sebelum sakit pasien makan 3x sehari dengan menu sayur hijau, sop, daging. Selama sakit mengatakan tidak mau makan dan hanya makan satu sendok saja. Pasien mengatakan sebelum sakit minum setiap harinya ± 2 liter, selama sakit minum setiap harinya ± 1 liter.
Pola tidur sebelum sakit pasien mengatakan tidur 8 jam perhari. Tidak ada gangguan tidur dan merasa nyenyak, selama sakit tidak dapat tidur dengan nyenyak saat karena banyak tindakan yang di lakuakan oleh petugas kesehatan.
Pada pemeriksaan fisik pasien penulis mendapatkan data antara lain keadaan umum pasien cukup, kesadaran pasien Compos Mentis. Tanda-tanda vital antara lain Tekanan Darah: 160/90 mmHg, RR: 28 x/menit, Nadi: 82 x/menit, Suhu: 36,8 °C, BB: 48 kg. TB: 165 cm. Untuk pemeriksaan Head to To didapatkan hasil antara lain:
1.    Pada kepala didapatkan data bentuk mesochepal, tidak ada hematoma, rambut warna hitam, sedikit beruban, dan bersih, dari mata dengan konjungtiva anemis, sklera ikterik, pada hidung bersih, tidak ada sumbatan, telinga kanan dan kiri simetris, bersih tidak ada serumen , fungsi pendengaran menurun, mulut dan gigi terdapat data mukosa bibir agak kering, bersih, tidak ada stomatitis, kemampuan bicara baik. Mukosa bibir yang agak kering pada pasien menandakan pasien mengalami tanda-tanda dehidrasi.
2.    Dada pada pemeriksaan paru-paru didapat data bentuk simetris,tidak ada perubahan warna kulit, Tidak ada benjolan pada thorax, bentuk dan ukuran thorax normal,bunyi redup dan bunyi nafas vesikuler. Jantung pengembangan dinding dada normal/simetris, tidak ditemukan adanya nyeri, pekak, tidak terdengar bunyi gallop, reguler.
3.    Abdomen simetris, bentuk flat, warna coklat, tidak ada jejas, bising usus normal, bunyi dull, normal tidak ada benjolan
4.    Genetalia tidak ada luka, tidak terpasang DC.
5.    Ekstremitas pada tangan ,tangan kanan terpasang infus, tidak ada kelemahan, tidak ada edema. Ekstermitas kaki pasien tidak terpasang apapun.

Penulis  juga  mendapatkan  hasil  dari  pemeriksaan  penunjang  yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa pada pasien yaitu pemeriksaan laboratorium untuk hematologi pada tanggal 26 Juni 2016 pukul 04.08 WIB. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan hasil Leukosit 12.9 10e3/ul (N: 3.70 - 10.1), Lymfosit 3.06 % (N: 1.09 – 2.99), Netrofil segmen 8.82% (N: 1.63 – 6.96), Mono .682% (N: .240 – 790), Esofil .182 % (N: .030 - .440), Basofil .110 % (N: 0.00 - .080), RBC 4.94 10e6/ul (N: 4.06 – 5.58), Hemoglobin 13.9 g/dl(N: 12.9 – 15.9), HCT 41.4% (N: 37.7 – 53.7), MCV 83.7% (N: 81.1 – 96.0), MCH 83.7 pg (N: 27.0 – 31.2), MCHC 33.5 g/dl (N: 31.8 – 35.4), RDW 11.5% (N: 11.6 – 14.5), PLT 414 10e3/ul (N: 155 – 366), MPV 5.63 FL (N: 6.90 – 10.8), GOT 24.6 u/l (N: 0- 50), GPT  22.8u/l (N: 0 – 50), BUN (UV) 18.2 mg/dl (N: 4.7 – 23), Kreatin 1.47mg/dl (N: 0.50 – 1.20), Natrium 1.31mmol/l (N: 135 – 155), Kalium 3.9 mmol/l (N: 3.5 – 5.5), Klorida 91mmol/l (N: 94 – 111).

  B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan didefinisikan sebagai penilaian klinis tentang pengalaman/ respon individu, keluarga, kelompok, atau komunitas tehadap masalah kesehatan/ proses kehidupan aktual atau potensial, dan memberi dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang dapat dipertanggungjawabkan (NANDA, 2012).
1.    Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus Tn. M  yang sesuai dengan teori
a.    Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan
Ketidakefektifan pola nafas  didefinisikan sebagai inspirasi dan/ ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat. Dengan batasan karakteristik seperti bradipnea, dispnea, fase ekspirasi memanjang, ortopnea, penggunaan otot bantu pernafasan, penggunaan posisi tiga titik, peningkatan diameter anterior-posterior, penurunan kapasitas vital, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi, penurunan ventilasi semenit, pernafasan bibir, pernafasan cuping hidung, perubahan ekskursi dada, pola nafas abnormal, takipnea. Sedangkan faktor yang berhubungan antara lain ansietas, cedera medula spinalis, deformitas dinding dada, gangguan muskuloskeletal, gangguan neurologis, hiperventilasi, keletihan, nyeri, obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru, dan sidrom hipoventilasi (NANDA, 2015).
Penulis menegakkan diagnosa ketidakefektifan pola nafas pada pasien dikarenakan dalam pengumpulan data penulis mendapat data subjektif bahwa pasien mengeluh sesak nafas, pasien mengeluh nyeri dada, , ditambah dengan pasien mengeluh adanya gangguan tidur. Kemudian data objektif didapatkan adanya terdapat pernafasan cuping hidung, bernafas menggunakan mulut, tidak ada sputum, Tekanan Darah: 160/90 mmHg, RR: 28 x/menit, Nadi: 82 x/menit, Suhu: 36,8 °C.
Penulis menjadikan diagnosa nyeri akut ini sebagai prioritas pertama, sesuai hirarki Maslow adalah kebutuhan fisiologis biologis yaitu oksigenasi. Jika sesak nafas yang dirasakan pada pasien tidak diatasi, ditakutkan akan berefek pada Ketidakseimbangan nutrisi, gangguan tidur dan juga berpengaruh pada kesehatan pasien.
b.    Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh didefinisikan sebagai asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Dengan batasan karakteristik seperti berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal, bising usus hiperaktif, cepet kenyang setelah makan, diare, gangguan sensasi rasa, kahilangan rambut berlebihan, kelemahan otot pengunyah, kelemahan otot menelan, kerapuhan kapiler, kesalahan informasi, kesalahan persepsi, ketidakmampuan memakan makanan, kram abdomen, kurang informasi, kurang minat pada makan, membran mukosa pucat, nyeri abdomen, penurunan berat badan dengan asupaan makanan adekuat, sariawan rongga mulut, tonus otot menurun. Sedangkan faktor yang berhubungan antara lain faktor biologis, faktor ekonomi, ketidakmampuan makan, ketidakmampuan  mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien, kurang asupan makanan (NANDA, 2016).
Penulis menegakkan diagnosa ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada pasien dikarenakan dalam pengumpulan data penulis mendapat data subjektif bahwa pasien mengeluh tidak mau makan, tidak enak makan, cepat kenyang setelah makan. Kemudian data objektif didapatkan adanya terdapat pasien hanya makan satu sendok setiap hari dan penurunan berat badan 55-48 kg.
Penulis menjadikan diagnosa ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh sebagai prioritas ke dua , sesuai hirarki Maslow adalah kebutuhan fisiologis biologis yaitu nutrisi. Jika kekurangan nutrisi tidak teratasi maka akan timbul gangguan kebutuhan yang lain.
c.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan
Gangguan pola tidur didefinisikan sebagai interpsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibatfaktor eksternal. Dengan batasan karakteristik seperti kesulitas jatuh tertidur, ketidakpuasan tidur, merasa tidak cukup tidur, penurunan kemampuan berfungsi, perubahan pola tidur normal dan sering terjaga tanpa jelas penyebabnya. Sedangkan faktor yang berhubungan antara lain gangguan karena pasangan tidur, halangan lingkungan,imobilisasi, kurang privasi, pola tidur tidak menyehatkan (NANDA, 2016).
Penulis menegakkan diagnosa keperawatan gangguan pola tidur karena didukung adanya data subjektif bahwa pasien mengeluh tidak dapat tidur dan sering terbangun. Dengan data objektif yaitu pasien tampak mengantuk, gelisah dan waktu tidur 4 jam per hari.

Penulis menjadikan diagnosa keperawatan gangguan pola tidur sebagai diagnosa prioritas yang ketiga dikarenakan diagnosa ini masih diagnosa tambahan yang mana dalam memprioritaskan diagnosa didahulukan diagnosa aktual, meskipun dalam hirarki Maslow diagnosa ini masuk dalam kebutuhan fisiologis.

2.    Diagnosa keperawatan yang tidak ditemukan pada kasus Tn. M tetapi ada konsep teori
a.    Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan perokok
Ketidakefektifan bersihan jalan didefinisikan yaitu ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas. Dengan batasan karakteristik seperti dari lingkungan perokok, perokok pasif, terpajan asap, obstruksi jalan nafas, adanya jalan nafas buatan, benda asing dalam jalan nafas, eksudut dalam alveoli, hiperplasia pada dinding brokus, mukus berlebihan, penyakit paru obstruksi kronis, sekresi yang tertahan, spasme jalan nafas, fisiologis asma, disfungsi neuromuskular, infeksi, jalan nafas alergik.
Penulis tidak menegakkan diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan ini dikarenakan kurangnya dukungan data untuk menegakkan diagnosa ini, karena pasien tidak mengalami batuk, tidak ada sekret dan pada pasien tidak mengalami dahak yang dapat membuat tumpukan sekret.

b.    Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi
Gangguan pertukaran gas didefinisikan sebagai kelebihan atau defisit oksigenasi dan atau eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar-kapiler. Dengan batasan karakteristik seperti diaforesis, dispnea, gangguan penglihatan, gas darah areteri abnormal, gelisah, hiperkapnia, hipoksemia, iritabilitas, konfusi, nafas cuping hidung, penurunan karbon dioksida, pH areteri abnormal, pola pernafasan abnormal, sakit kepala saat bangun, sianosis, somnolen, takikardia, warna kulit abnormal. Sedangkan faktor yang berhubungan antara lain ketidakseimbangan ventilasi perfusi dan perubahan membran kapiler-alveolar (NANDA, 2015).
Penulis tidak menegakkan diagnosa gangguan pertukaran gas ini dikarenakan kurangnya data yang mendukung untuk menegakkan diagnosa ini.

3.    Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus Tn. M tetapi tidak Ada di konsep teori (diagnosa temuan)
a.    Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh didefinisikan sebagai asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Dengan batasan karakteristik seperti berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal, bising usus hiperaktif, cepet kenyang setelah makan, diare, gangguan sensasi rasa, kahilangan rambut berlebihan, kelemahan otot pengunyah, kelemahan otot menelan, kerapuhan kapiler, kesalahan informasi, kesalahan persepsi, ketidakmampuan memakan makanan, kram abdomen, kurang informasi, kurang minat pada makan, membran mukosa pucat, nyeri abdomen, penurunan berat badan dengan asupaan makanan adekuat, sariawan rongga mulut, tonus otot menurun. Sedangkan faktor yang berhubungan antara lain faktor biologis, faktor ekonomi, ketidakmampuan makan, ketidakmampuan  mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien, kurang asupan makanan (NANDA, 2016).
Penulis menegakkan diagnosa ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada pasien dikarenakan dalam pengumpulan data penulis mendapat data subjektif bahwa pasien mengeluh tidak mau makan, tidak enak makan, cepat kenyang setelah makan. Kemudian data objektif didapatkan adanya terdapat pasien hanya makan satu sendok setiap hari dan penurunan berat badan 55-48 kg.
Penulis menjadikan diagnosa ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh sebagai prioritas ke dua , sesuai hirarki Maslow adalah kebutuhan fisiologis biologis yaitu nutrisi. Jika kekurangan nutrisi tidak teratasi maka akan timbul gangguan kebutuhan yang lain.

b.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan
Gangguan pola tidur didefinisikan sebagai interpsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibatfaktor eksternal. Dengan batasan karakteristik seperti kesulitas jatuh tertidur, ketidakpuasan tidur, merasa tidak cukup tidur, penurunan kemampuan berfungsi, perubahan pola tidur normal dan sering terjaga tanpa jelas penyebabnya. Sedangkan faktor yang berhubungan antara lain gangguan karena pasangan tidur, halangan lingkungan,imobilisasi, kurang privasi, pola tidur tidak menyehatkan (NANDA, 2016).
Penulis menegakkan diagnosa keperawatan gangguan pola tidur karena didukung adanya data subjektif bahwa pasien mengeluh tidak dapat tidur dan sering terbangun. Dengan data objektif yaitu pasien tampak mengantuk, gelisah dan waktu tidur 4 jam per hari.

Penulis menjadikan diagnosa keperawatan gangguan pola tidur sebagai diagnosa prioritas yang ketiga dikarenakan diagnosa ini masih diagnosa tambahan yang mana dalam memprioritaskan diagnosa didahulukan diagnosa aktual, meskipun dalam hirarki Maslow diagnosa ini masuk dalam kebutuhan fisiologis.



BAB V

PENUTUP


A.     SIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. M selama 3 hari pada tangggal 27 – 29 Juni  2016 di ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas dengan diagnosa medis Pneumotorax yang penulis lakukan dari pengkajian sampai evaluasi.
1.    Pengkajian yang didapatkan oleh penulis adalah, pasien mengeluh  sesak nafas. Pemeriksaan fisik: pada pemeriksaan fisik adalah inspeksi bentuk simetris, palpasi tidak ada benjolan dan nyeri tekan, perkusi sonor, auskultasi vesikuler. Pasien juga mengatakan tidak nafsu makan hanya 1 sendok makan saja dan pasien mengatakan mengalami gangguan pola tidur. Dalam pemeriksaan laboratorium di dapatkan yang abnormal yaitu  Lymfosit 3.06 % (N: 1.09 – 2.99), Netrofil segmen 8.82% (N: 1.63 – 6.96), Kreatin 1.47mg/dl (N: 0.50 – 1.20).
2.    Diagnosa keperawatan yang ditemukan oleh penulis pada Tn.M adalah Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan, Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, Gangguan pola tidur berhubungan dengan Halangan lingkungan.
3.    Perencanaan yang akan di lakukan yaitu: lakukan fisioterapi dada, monitor status pernafasan dan oksigenasi, berikan terapi nebulizer, kolaborasi obat oral dan parenteral, posisikan pasien semifowler, lakukan fisioterapi nafas, ajarkan nafas pelan dan dalam.
4)   Implementasi yang dilakukan oleh penulis adalah mengajarkan fisioterapi dada, memonitor status pernafasan dan oksigenasi, memberikan terapi nebulizer, kolaborasi pemberian obat oral dan parenteral, pastikan pasien semifowler, melakukan fisioterapi nafas, mengajarkan nafas dalam dan pelan
5)   Evaluasi dari ketiga diagnosa sudah teratasi semua
Evaluasi keperawatan yang diperoleh setelah penulis melalukan tindakan keperawatan yaitu untuk diagnosa ketidakefektifan pola nafas sudah teratasi, diagnosa yang ke dua ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh sudah teratasi, dan diagnosa yang terakhir yaitu gangguan pola tidur berhubungan sudah tertasi. Jadi masalah keperawatan yang penulis kelola dari ketiga diagnosa tersebut teratasi semua dan pasien pulang.

B.     SARAN
Setelah penulis menyampaikan beberapa simpulan diatas maka penulis memberikan saran yang berguna untuk memperbaiki serta mempertahankan dan mempertinggi mutu pelayanan dalam memberi asuhan keperawatan:
1.    Kepada Mahasiswa Keperawatan
Harus mempersiapkan secara matang dalam melakukan tindakan keperawatan yang berdasarkan rencana tindakan keperawatan yang akan kita bahas agar memudahkan dalam melakukan pengkajian, menentukan core problem, merumuskan masalah, merumuskan diagnosa keperawatan, menentukan tujuan yang akan dicapai dan mempermudahkan dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi.
2.    Kepada Rumah Sakit
Perlu adanya penyuluhan kusus tentang gangguan Kebutuhan Oksigenasi sehingga dapat membantu meningkatkan pelayanan rumah sakit.
3.    Kepada Institusi Pendidikan
Menambah masukan dan merupakan sumber informasi nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan Kebutuhan Oksigenasi dari lahan praktek, sehingga dapat mendorong kearah peningkatan kualitas ahli madya keperawatan yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika
Tarwanto &Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nanda. 2015-2017
NIC
NOC




 










Tidak ada komentar:

Posting Komentar